Kamis, 05 April 2012

“Diam-Diam Ada Yang Menyukai Venus”

Di ruangan yang slalu disebutnya “Dunia Venus”, Venus menghabiskan hari liburnya dengan bercengkrama dalam kamarnya. Bermain gitar dan sesekali menelusuri Dunia maya melihat-lihat beberapa akunnya di dunia maya.
Venus sedikit penasaran dengan teman chatingnya yang bernama “Cewek_Unik”, nama cewek itu buat Venus penasaran.
Memang sih beberapa kali mereka chatingan, tapi cewek itu tetap nggak mau ngasih tau nama sebenarnya, Venus merasa nyaman dan tertarik untuk mengenal cewek itu, tapi cewek itu nggak ingin ngasih tau nama aslinya apalagi alamatnya.
***
Matahari mulai terbenam. Venus melangkahkan kakinya ketempat Venus bekerja Part Time.
Di Cafe, Venus bertemu Nicky adiknya sedang asik Hang Out bareng temen-temennya, tapi Venus tidak begitu mengambil pusing, Hang Out bukan hal yang buruk baginya.
Venus melangkahkan kakinya keatas panggung tempat Venus biasa menyalurkan suaranya dan petikan gitarnya.
Nicky yang tadinya tidak menyadari kedatangan kakaknya, tiba-tiba terdiam dan mencari arah suara yang sedang menyanyikan lagu Glenn Fredly-Belum saatnya, Nicky mengenal suara itu. Saat melihat kearah panggung, benar suara itu adalah suara kakaknya, Nicky tersenyum kecil kepada kakaknya.
Teman-teman Nicky ikut memandang kearah pandangan Nicky, dan salah satu teman Nicky bertanya, “Nick, lo kenal cowok yang lagi nyanyi itu?” tanya cewek yang bernama Sintia, belum sempat Nicky menjawab cewek itu meneruskan pembicaraanya, “Cowok itu sering gue liet manggung disini, keren banget dia kalo nyanyi, cool banget,” Nicky hanya tersenyum, dan temannya yang bernama Soffy melanjutkan omongan Sintia,  “Iya, senyumnya itu loh, mau tau gue jadi pacarnya,”
“Lo cocok jadi pembokat!” lanjut Sintia, tawa ke-4 anak SMA ini pecah.
“Kalian nggak tau cowok itu siapa?” tanya Dimas yang juga salah satu anggota hang out Nicky sore ini. “Nggak” jawab Sintia dan Soffy bersamaan, “NDESO!!” jawab Dimas,dan tawa mereka pun kembali pecah.
“Dia kakak gue,” jelas Nicky singkat. “Hah?!!!” lagi-lagi Sintia dan Soffy kaget bersamaan. Mereka kaget, karena kedua wajah kakak adik ini sangat berbeda.
Venus memiliki wajah yang begitu manis karena bibirnya yang mungil, dan tatapan mata Venus begitu tajam, sedangkan Nicky mempunyai wajah yang Oval dan bibirnya tidak manis tapi sexy, ya begitu pengakuan teman-teman Nicky yang cewek.
“Tadi gue liet lo manggung,” ujar Nicky, saat kakaknya memasuki pintu rumah, Venus tidak menjawab apa-apa, “Itu pertama kalinya gue denger lo nyanyi, ternyata di cafe itu lo kerja,” ujar Nicky lagi, “Ya, dan gue ingetin sama lo, jangan pernah lo injek cafe itu lagi, karena gue nggak suka, lo dateng ngeliet gue kerja,” akhirnya Venus mengeluarkan suarnya, Nicky tersenyum sinis, “Kenapa? Ven lo tau? Gue bangga punya kakak kayak lo, apa nggak pernah ya? Lo anggep gue adik lo?” tanya Nicky memberanikan diri. Venus diam nggak menjawab apa-apa bahkan tidak beranjak dari tempat ia semula berdiri, “Ven salah gue apa? salah nyokab apa? salah kak satria apa? salah semua orang tuh apa?! kenapa lo anggap kita semua ini patung Ven?!” suara Nicky mulai membesar. “perceraian mama papa, nggak hanya lo yang terpukul! Gue! Kak Satria, bahkan mama, kita semua sakit! Tapi kenapa hanya lo yang semakin berubah! Kenapa hanya lo yang bersikap dingin! Seolah-seolah, lo ngubur semua orang-orang yang sayang sama lo! Lo gila ven, Lo liet mama, mama sakit-sakitan, kesana kemari berobat, tapi lo masih terus-terusan bersikap dingin, mama tambah terpukul dengan sikap lo!” “Diam! Jangan pernah lo nasehatin gue! Lo nggak pernah tau apa yang gue rasain!” bentak Venus.
“Gue tau kepergian cewek lo, perceraian mama papa yang buat lo tambah berubah, tapi apa tanpa Gladis dunia kiamat? Apa tanpa keluarga utuh hidup lo berakhir? Ven masa depan lo masih jauh, sampai kapan lo mau kayak gini? Sampai mama nggak ada, karena capek ngeliet tinngkah anak-anaknya?!” keduanya terdiam, dan Venus memutuskan untuk meninggalkan adiknya di ruang tamu sendirian, saat Venus melangkahkan kakinya menaiki tangga, Nicky berkata pelan, “Ven, Lo kakak gue, gue harap lo berubah, dan gue harap lo masih anggep gue adik lo,” Venus berhenti sejenak, dan kemudian kembali menaiki tangga.

***
Di perpustakaan kampus, Venus bersama Davion mencari beberapa buku untuk bahan tugas mereka.
“Ven, lo udah hubungin Sandra belum?” tanya Davion pelan sedikit berbisik, Venus hanya mengangguk, “Oh ya?!!!” teriak Davion kenceng, dan membuat beberapa pengunjung perpustakaan memperhatikan mereka, Venus yang sejak tadi sedang mencari cari buku, tiba-tiba mengentikan tangannya untuk mengambil buku di rak buku, dan memandang Sahabatnya sambil menghembuskan nafas dengan pelan.
Venus dan Davion duduk di salah satu bangku yang ada di perpustakaan.
“Sandra itu masih SMA ya?” Venus memulai pembicaraan, “Iya seumuran sama adik lo Nicky,”  jelas Davion, Venus hanya menggangguk, “Eh cerita dong, kalian ngobrolin apaan?” tanya Davion penasaran, “Biasa aja,” lagi-lagi jawaban singkat, Davion sangat mengerti dengan sifat sahabat satu-satunya ini, so?? Davion tidak begitu menanggapi serius ketika sahabatnya hanya menjawab dengan singkat semua pertanyaannya, karena nggak hanya Davion yang merasakan sifat dingin Venus, semua orang merasakannya.
“Hai Venus,” sapa Valen dan langsung mengambil bangku tepat disebelah Venus yang sedang baca buku.
“Hai juga Len,” sapa Davion sambil mengerakan keningnya, “Ich! Gue sapa Venus bukan lo kremi!” balas Valen kesel, “Mending di bales sama gue, dari pada nggak di bales sama skali sama Venus? Pilih mana lo?” ujar Davion, “Bising lo!” bentak Valen.
“Bising banget sih lo berdua,” tegur Venus, “Ini temen lo nih, kok bisa sih lo temenan sama dia?” gerutuh Valen dengan nada suara yang manja, “Udah-udah gue mau masuk kelas,” Venus berdiri dan berjalan keluar.
“Gara-gara lo tuh Venus ninggalin gue,” Valen kembali menyalahkan Davion, “Bising lo!” Davion juga ikut berdiri dan membiarkan Valen berdiri sendiri sedikit merengek dan kesel.
***
Venus sore hari berada di GOR kampusnya sambil memegang sebuah bola basket berwarna kecoklatan. Sesekali Venus memantulkan bola itu ke lantai, entah apa yang di fikirkannya, Venus selalu seperti ini jika sedang ingin sendiri, Venus pasti mencari tempat sepi untuk menenagkan dirinya, dan hari ini GOR kampusnya sepi.
Beberapa saat kemudian Davion datang berlari sambil memanggil nama Venus, “Venus!! Venus!! Lo di sini rupanya,” Venus memandangi Davion yang lagi ngos-ngosan.
“Ada apa?” tanya Venus dan mengerutkan keningnya. “Gue punya kabar gembira sob,” jelas Davion antusias, “Apa?” “Lo liet nih,” sambil menyodorkan famplet berwana hijau,Venus langsung mengambilnya dan membacanya. “Lo bisa ikut Audisi sob! Gue yakin lo pasti lulus,” Davion sangat antusias,ingin sahabatnya itu ikut Audisi penyanyi. Tapi Venus hanya diam, “Lo kenapa? Lo nggak suka ya? Ven ini tuh kesempatan lo,lo bisa jadi artis,Samuel Venus Alberto artis papan nama masa kini!! Hahaha.. keren kan?” “haha.. ngaco aja lo,” Venus malah ikut ketawa, “Gue nggak ngaco ven, serius lo harus ikut! Ok?” “Tapi Yon,” “Eitss.. nggak pake tapi,”. Kali ini Davion nggak mau ngalah, Venus harus tetap ikut Audisi, Davion sangat yakin temannya bisa jadi artis. Venus hanya diam,dan mulai memikirkan Audisi bintang berbakat bulan depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar