Minggu, 08 April 2012

STIFA=G.I.L.A

Praktikum Mikrobiolgi :D 

Rere-Jilbab Biru Nisma-Jilbab abu" akuakuaku :D NGGAK PAKE JILBAB :D Emil-disamping ueg Amira-Jilbab Hitam Ezja-T-shirt Merah*
MASIH TETAP NARSIS!!! WKWKWKW *NOCOMENT*

Kamis, 05 April 2012

“Permintaan”

“Ven lo kenapa?” tanya Davion yang sejak tadi duduk di sebelah Venus, tapi Venus sepertinya tidak menyadari kedatangan Davion. Venus masih tetap saja diam, sepertinya Venus benar-benar tidak menyadari kedatangan Davion.
Davion menarik nafas, dan kemudian, “Woi! Lo kenapa?!” davion berteriak tepat di kuping Venus, Venus langsung memalingkan pandangannya, dan tangan kanannya, mengusap-ngusap telinganya, “Apaan sih lo? Ngagetin aja?” jawab Venus kesel karena kaget. “udahlah gue mau jalan dulu,” ujar Venus lagi, dan meninggalkan Davon sendirian. “Yee, tuh anak gue nanya malah di tinggalin,” keluh Davion.
***
Venus mengingat-ngingat omongan mamanya kemarin di rumah sakit. Sepertinya Venus tau apa yang harus Venus lakukan.
Sore itu tepat jam 16:00, Venus menancap gas motornya meuju SMA tempat adiknya bersekolah.
Venus menunggu adiknya di depan gerbang, Venus berdiri memperhatikan semua orang yang keluar dari gerbang sekolah tersebut. Venus membalikan badannya memandang ke arah jalan, mencoba memperhatikan, mungkin Nicky sudah lewat tapi Venus tidak melihatnya.
Tiba-tiba “Braakk!!” seorang cewek menabrak Venus dari arah belakang, cewek itu tidak melihat Venus, karena sedang asyik ngobrol ama temen di sampingnya. Cewek itu terpantul hingga beberapa langkah, Venus kaget dan membalikkan badanya dan melihat kearah cewek yang berambut panjang, dengan rambut terurai dan memaikai tas punggung.
“Eh, jalan liat-liat dong! Min berapa mata lo? Gue segede gini nggak di liat,” bentak Venus nggak tanggung-tanggung, “Hellooo.. lo nggak liet ya? Semua anak SMA itu pada keluar sekolah, lo ngapaen berdiri di sini?!” cewek itu nggak mau kalah. “Tunggu kayaknya gue kenal lo,” gumam cewek itu lagi sedikit mengingat-ngingat tampang cowok dihadapannya, “Oiya! Lo cowok yang waktu itu hampir nabrak gue kan?! Pake motor buntut lo itu!” ujar Cewek itu lagi saat ia menginggat kejadian tiga hari lalu.
“Enak aja lo ngatain motor gue buntut, eh motor gue lebih berharga ya dari pada elo!!” bentak Venus sambil mengepalkan tanganya, pengen banget Venus ngasih bogem mentah buat cewek SMA ini, tapi Venus mengurungkan niatnya. “Tinggal di zaman adam ya lo? Moge kayak gitu lo bilang buntut! Sinting!” bentak Venus lagi, “Ok motor lo nggak buntut, tapi tampang dan kelakuan lo super buntut! Ngerti lo, cowok rese!” bentak cewek itu lagi sambil menunjuk kearah muka Venus kemudian melangkahkan kakinya menuju mobil berwarna biru yang sudah menunggunya dipinggir jalan.
“Gila, baru kali ini, gue digituin sama cewek,” ujar Venus pelan dan tersenyum sinis.
Venus menarik nafas sambil memperhatikan mobil cewek itu berlalu dari hadapannya. Venus mencoba melupakan kejadian tersebut, dan kembali memperhatikan kedalam sekolah, mencari-cari adiknya keluar dari gerbang.
Setelah hampir setengah jam Venus berdiri depan gerbang, orang yang di tunggunya nongol juga. “Nicky,” panggil Venus, Nicky kaget melihat kakaknya datang kesekolahnya, sebelumnya Venus tidak pernah melangkahkan kakinya kesekolah Nicky, bahkan sejak dulu Venus tidak pernah suka kalau Nicky satu sekolah denganya.
“Lo ngapain kesini?” tanya Nicky sambil mengerutkan keningnya, nggak habis fikir, melihat kakanya menunggunya depan gerbang. “Kita harus ngomong,” ujar Venus pelan.
“Sori gue mau latihan Taekwondo, dan gue udah telat,” Nicky langsung pamit, tanpa memerdulikan Venus yang masih saja berdiri di depan sekolahnya.
***
Davion menghampiri Venus di studio tempat biasa mereka nongkrong. Dan seperti biasa Venus pasti sedang memainkan gitarnya dengan alunan lagu sesuai dengan suasana hatinya.
“Lo kenapa sih ven?” Davion memulai pembicaraan, “Yon, gue mau tanya sesuatu sama lo,” “Ok tanya aja,” venus terdiam sejenak, dan kembali memulai pembicaraanya dengan sahabatnya.
“Apa selama ini sikap gue udah keterlaluan ya Yon?” tanya Venus, “Hm.. gue sih ngerasa udah saatnya lo berubah, kasian nyokab lo. Ama adik lo aja lo nggak akur, sama semua orang bahkan termasuk gue, sikap lo dingin banget Ven, untung gue sabar, kalo nggak gue udah minta cerai,” ngomong sama Davion emang jarang bisa serius, dalam situasi gini aja dia masih sempat bercanda. “Gue serius Yon” Davion langsung nyengir sok blaga bego. “Iya-iya,pokoknya itu saran dari gue, ubah sikap lo sekarang sebelum lo terlambat,ok?” Davion memberi semangat dan mulai terlihat serius. Venus hanya membalasnya dengan mengangguk, tanda kalau Venus akan mencoba untuk merubah sifat dan sikapnya yang sangat-sangat dingin kesemua orang.
***
Venus tidak menyerah untuk mengajak adiknya ngomong soal ketegangan mereka selama ini.
Venus pulang kerumah, di lihatnya mobil adiknya sudah terparkir digarasi rumah. Venus melangkahkan kakinya dengan cepat, berharap adiknya, mau untuk berbicara empat mata dengannya.
Tanpa mengetuk pintu kamar Nicky, Venus langsung membukanya. Nicky kaget melihat kakaknya tiba-tiba membuka pintu kamar.
Venus berjalan mendekati Nicky yang sedang asik bermain Playstation. Nicky memandangi kakaknya tanpa berkata apa-apa.
“Nick, kita harus ngomong sekarang,”
“Soal apa? bukannya lo slalu ngerasa nggak ada yang perlu kita bicarain?”
“Nick, gue mohon ama lo, jangan kayak gini,” Ujar Venus tegas, “Nick gue tau gue salah selama ini, Gue, gue pengen jadi Venus yang dulu, yang peduli sama Adik gue, dan peduli sama semua orang, gue fikir jadi Venus yang dulu lebih menyenangkan, “ Venus tersenyum kepada adiknya yang sejak tadi mendengarkan pembicaraanya.
Nicky tersenyum kecil “Lo yakin? Udah bertahun-tahun lo kayak gini, mungkin tambah setahun lagi, lo bakal gila, atau mungkin malah bakal kebalik, nggak akan ada yang peduli juga ama lo,” ujar Nicky sambil memandang sinis kearah Venus.
Venus menundukan kepala, semua yang dikatakan adiknya membuat Venus makin sadar akan sikapnya selama ini.
Setelah beberapa lama mereka berdebat, akhirnya Nicky mau memaafkan Venus, asal dengan syarat Venus bener-bener berubah
***
Hari ini tanggal 28 Juni hari ulang tahun Gladis. Andai Gladis masih ada sekarang Gladis sudah berumur 19 tahun.
Venus bangun sangat pagi. Hari ini Venus akan bolos kuliah. Venus mengenakan pakaian serba hitam, selain karena mau Ziarah, Gladis juga sangat senang dengan warna hitam.
Setiap kali kemakam Gladis, Venus nggak pernah lupa membawakan bunga melati. Dan setiap kali Venus berada disana, air mata Venus nggak bisa ia tahan, sakit, kangen, ngerasa bersalah, bercampur aduk jadi satu.
Hubungan mereka yang bisa di bilang begitu serius dan bahkan kedua orang tua mereka sudah menyetujui hubungan mereka. Tapi Tuhan berkata lain, Gladis bukan takdir Venus.
Venus berdiri sambil tersenyum memandangi batu nisan yang bertuliskan nama Gladis Anisa Putri. Venus meletakan bunga melati putih dan berkata. “Hai Gadis yang punya senyum manis, ini aku kamu masih ingat aku kan? Aku bawain kamu bunga melati kesukaan kamu, kamu juga bisa liat aku mengenakan pakaian warna kesukaan kamu, dan T-Shirt yang pernah kamu kasih buat aku, kamu ingat kan? Aku harap kamu bisa dengar aku,” Ujar Venus dan tersenyum, matanya mulai berkaca-kaca.
“Gladis, selama ini nggak ada yang bisa gantiin kamu, kepergian kamu udah tiga tahun, dan sama seperti tahun-tahun kemaren, aku masih sayang kamu.” Ucap Venus lagi dan masih tetap tersenyum tapi kali ini air mata Venus benar-benar jatuh mengalir di pipinya.
Venus mengahup air mata yang membasahi pipinya, Venus kembali tersenyum, badanya sedikit dibungkukkan, Venus mencium batu nisan yang ada dihadapanya sebagai tanda perpisahan.
Venus berjalan meninggalkan makam Gladis, berusaha menguatkan dirinya.

“Senang Sesaat”

Hari ini Venus selesai rekaman pertamanya. Venus sangat berterima kasih kepada orang-orang yang sudah mau membantunya, sebenarnya ini bukan menjadi cita-cita Venus, tapi berkat sahabatnya, Venus dapat menjadi orang yang cukup di kenal di masyarakat luas.
Venus melangkahkan kakinya keluar dari studio rekaman dengan terburu-buru. Langkah kakinya begitu besar saat keluar dari pintu utama studio itu.
Dengan cepat Venus mengambil motornya dan langsung menancap gas dengan kecepatan tinggi, belum sampai keluar gerbang, Venus hampir saja menabrak seorang cewek. Yang tiba-tiba muncul dari arah berlawanan.
Cewek yang memakai kaca mata dan topi itu kaget, dan sampai terjatuh direrumputan, Venus yang juga kaget dengan cepat ngerem motornya. Darah Venus naik seketika,
“Woi!! Kalo jalan pake mata dong! Lo cari mati ya?!” Bentak Venus tanpa turun dari motornya, cewek itu berdiri dan menatap Venus dengan penuh amarah, “Lo yang bawa motor jangan kayak bajaj dong?! Seenaknya ngebut! Lo pikir ini jalan nenek moyang lo?!” ujar cewek itu nggak kalah kasarnya. “Ganti rugi nggak?! Atau lo gue laporin kepolisi,” tambah cewek itu sedikit mengancam. “Polisi? Haha.. lo pikir gue takut, lagian lo nggak kenapa-kenapa, buat apa gue ganti rugi,” cewek itu membersihkan badannya, dengan cepat cewek itu mengambil kunci motor Venus, “Mau apa lo? Kunci lo ada di gue,” Ujar cewek itu memperlihatkan kunci ditanganya, “Balikin nggak kunci motor gue?!” Venus turun dari motornya dan berusha merampas kunci motor yang di pegang cewek itu.
“Lo!! Bener-bener cari mati ya?!” bentak Venus sambil menunjuk kearah muka cewek itu, tatapan mata Venus membuat cewek itu sampai menelan ludah, sedikit deg-degan dan mualai ketakutan. Badannya terasa lemas sampai-sampai cewek itu nggak tau kalau Venus sudah merampas kunci motor yang sejak tadi dipegannya.
Venus kembali menaiki motornya. Tapi cewek itu tetap diam diposisi semula. Venus menatapnya dengan kesal, dengan sangat keras klakson motor Venus mengagetkan cewek itu. Venus kembali menancap gas motornya, dan berlalu dari hadapan cewek itu.

***
Venus memasuki ruang kamar di rumah sakit tempat ibunya di rawat. Disana terlihat adiknya Nicky sedang duduk sambil menyuapi ibunya.
Venus berjalan mendekati tempat ibunya berbaring. Venus tersenyum saat melihat ibunya sudah sedikit membaik.
“Gimana rekaman kamu? Lancar?” tanya mamanya sambil memegang tangan Venus, Venus hanya mengangguk, mamanya sangat memahami sifat dingin putra keduanya ini.
“Eh Ven, lo dapet kiriman nih dari bokap,” ujar Nicky dan memberikan kotak kecil. Venus menggambilnya dan membukanya. Biarpun Venus membenci papanya, tapi dulu Venus begitu dekat dengan papanya, karena sejak kecil, papanya banyak mengajarkannya bermain alat musik, bahkan mengajarkannya banyak hal tentang ilmu Filsafat, dan mengenalkannya beberapa filosof dunia.
Venus membuka kotak itu, kotak kecil itu berisi sebuah Pik gitar berwarna abu-abu. Tapi tidak ada sedikit ekspresi senang dari raut wajah Venus.
Venus kembali memasukan pik gitar itu kedalam kotak, dan memasukan kotak itu kedalam tasnya. Venus duduk di sebalah mamanya yang sedang berbaring.
“Ma, Nicky pamit dulu ya? Mau latihan Taekwondo,” ujar Nicky saat selesai menyuapi mamanya dengan semangkuk sup. “Iya, hati-hati dijalannya sayang,“ pesan mamanya sambil tersenyum.
Saat Nicky berlalu dari hadapan mereka, mamanya memaulai pembicaraanya dengan Venus, memang sih selama ini nggak ada hal buruk terjadi antara Venus dan mamanya, tapi mamanya tidak ingin putranya terus bersikap dingin kesemua orang, bahkan tak jarang Venus slalu bertengkar dengan adiknya, karena sikap dan sifatnya yang sangat dingin.
“Venus,” panggil mamanya dengan lembut, Venus menatap mamanya dengan tenang, tatapan matanya menjawab panggilan mamanya. “ Venus, mama ini udah sering sakit-sakitan, kamu sama adik kamu jangan sering brantem, mama sedih kalau ninggalin kalian dalam keadaan gini, itu sama saja mama gagal mendidik kalian,” jelas mamanya dengan mata mulai berkaca-kaca.
Venus terdiam sejenak dengan kepala tertunduk, “Maafin Venus ma, Venus mohon mama jangan ngomong gitu, Venus nggak mau mama tinggalin Venus, selama ini yang bisa ngertiin Venus hanya mama,” jelas Venus menahan air matanya yang ingin keluar.
Sifat dingin Venus terbentuk semenjak papa dan mamanya bercerai, Venus sangat dekat dengan papanya, tapi Venus sangat menyayangi mamanya, itu sebabnya Venus lebih memilih tinggal bersama mamanya dari pada harus tinggal bersama ayahnya yang kini telah memiliki keluarga baru.
Venus begitu terpukul saat mengetahui perceraian kedua orang tuanya karena ayahnya telah menikah diam-diam dengan rekan kerjanya di kantor. Rasa benci itu benar-benar membuat sikap dan sifat Venus berubah total.

***
Walaupun sekarang Venus sedikit lagi akan menjadi penyanyi terkenal, itu tidak membuat Venus melepas pekerjaanya di cafe yang sudah beberapa tahun menjadi tempat Venus untuk mencari uang tambahan kuliahnya.
Kali ini Venus tidak bernyanyi hanya memainkan gitarnya dengan penuh penghayatan, para pengunjung cafe terutama cewek-cewek, semua pada menggalihkan pandanganya kewajah cowok yang sedang duduk diatas panggung.
Saat permainan gitarnya selesai, Venus membuka matanya, dan menghembuskan nafas pelan. Venus turun dari panggung dan melangkahkan kakinya ke tempat biasa Venus beristirahat. Di tempat duduk itu sudah ada Valen menunggunya, Valen menyambutnya dengan senyum hingga kedua lesung pipinya kelihatan.
Valen memang sangat cantik, Venus akui hal itu, tapi Venus sama sekali tidak tertarik dengan cewek yang sejak dulu ngejar-ngejar Venus. Memang sih Venus bukan satu-satunya cowok keren dikampus, tapi kepribadian Venus yang dingin membuat cewek-cewek penasaran dengan kehidupan Venus, tetapi Venus slalu menganggap cewek-cewek itu hanya teman, nggak lebih dan nggak kurang.

“Penasaran”

Malam hari Venus duduk di cafe tempat Venus bekerja. Venus duduk sambil menikmati segelas Lemon Tea yang ada dihadapannya. Venus meraih handphonenya.
“Sandra,hmm dia pasti cantik” gumam Venus dalam hati dan tersenyum kecil. Venus membuka fitur Contacnya dan menghubungi sandra.
Tuut.. tuut.. tuut.. setelah beberapa lama kemudian Sandra menjawab telfon dari Venus.
Sepanjang percakapan mereka di telfon, Venus dan Sandra nggak berhenti ngakak. Baru kali ini, Venus bisa tertawa lepas. Seakan bebannya hilang semua, bahkan dia lupa akan kerjaanya, yang harus menghibur pengunjung Cafe.
***
Venus duduk di studio music tempat biasa Venus dan teman-temannya nongkrong. Seperti biasa Venus akan memainkan alat musik, tapi kali ini Venus tidak memainkan gitar, Venus lebih tertarik memainkan piano, dengan alunan music Canon.
Tidak begitu lama jemari Vanus berjalan-jalan disetiap tuts piano tersebut. Venus berbalik dan memandang teman-temanya yang sejak tadi sibuk dengan rokoknya.
Salah satu teman Venus menawarkan sebatang rokok LA menthol, Venus mengambilnya dan membakarnya. Diisapnya hingga mengeluarkan asap dari mulutnya.
Dan untuk kedua kalinya, teman Venus menawarkan sebotol minuman, tapi Venus tidak mengambilnya.
“Ven minum dong, nggak asik banget lo, nggak ngehargain banget,” Ujar salah satu teman Venus yang mulai nggak sadar akibat alkohol.
“Sori, gue lagi nggak pengen minum, jadi hargain juga keputusan gue.” Tegas Venus dengan wajah tenang. Venus berdiri dan meninggalkan studio music, “Nggak asik lo!! Banci!!” teriak teman Venus yang lain, saat melihat Venus meninggalkan mereka dalam studio.
***
Hari ini Venus akan menghadiri undanganya di perusahaan music yang ingin menerbitkannya sebagai penyanyi pendatang baru. Venus datang sendiri ke perusahaan itu, pandangannya menyapu seluruh ruangan di lobby saat Venus memasuki pintu utama perusahaan music tersebut.
Venus berhenti sesaat, dan menarik nafas kemudian membuangnya perlahan-lahan. Salah seorang pegawai di perusahaan music yang juga kebetulan menjadi salah satu panitia pelaksana kegiatan kemarin. Bapak Joe namanya, Pak Joe menghampiri Venus, tanpa basa basi pak Joe langsung membawanya ke ruang pertemuan.
Saat keluar dari perusahaan music, Venus tersenyum, dalam hati Venus ingin semua berjalan lancar.
***
Minggu depan, Venus akan memalui proses rekaman.
“Ven, kata om gue, lo udah taken kontrak ya ama perusahan itu?” tanya Davion saat mereka sedang menyantap steak disalah satu resto di dekat kampus mereka. “Iy, minggu depan, gue rekaman,” jawab Venus seperti biasa dengan raut wajah yang tanpa ekspresi.
“Eh gue cukup penasaran dengan sepupu lo itu?” Ujar Venus beberapa saat setelah mereka terdiam. “Lo ngomong apa barusan?” Davion ingin Venus mengulang perkataanya tadi, “Iy, gue penasaran sama sepupu lo yang namanya Sandra.”
“Sejak kapan lo mulai tertarik lagi sama cewek?”
“Anjrit lo! Lo pikir gue selama ini Moha?!” “hahaha.. gue fikir gitu,” “Udahlah lupain omongan gue tadi,” Ujar Venus sedikit kesal, “Yaelah ngambek, gitu doang juga, iya-iya, lo mau gue bantuin nggak?”
Goda Davion saat Venus mulai ngambek, “Bantuin? Jadian sama sepupu lo?” tanya Venus balik, Davion hanya mengangguk, “Nggak perlu, bukan Venus namanya kalau dalam hal percintaan pake dibantuin,” Ujar Venus dengan gayanya sambil menepuk-nepuk dadanya, “Ok, Gue harap lo bisa taklukin dia, Fighting!!” ucap Davion memberi semangat.

“Taruhan”

Hari Audisi itu tiba. Venus mulai merasa deg-degan karena pasti banyak bintang-bintang muda berbakat yang ikur Audisi itu.
Venus menarik nafas dan memandang dirinya di cermin yang ada di kamarnya.
Sesekali Venus merapikan rambutnya dan pakaiannya. Venus tersenyum kecil melihat dirinya di cermin, Venus berfikir kalau nanti Venus lulus Audisi dan bisa menjadi penyanyi terkenal, pasti nggak akan ada fansnya, karena sikap dan sifatnya yang dingin, menjadi seorang publik figur, pasti harus welcome dengan para fans.
***
Venus menyapu seluruh pemandangan kerumunan orang yang sudah bersiap-siap untuk mengikuti Audisi.
Pagi itu Venus datang dengan di temani Davion.
“ Yon, kok gue deg-degan gini ya? Udah deh yon kita balik aja,” keluh Venus patah semangat. “ nggak bisa gitu dong Ven, lo udah setengah jalan, gini doang juga, masa lo kalah sih payah lo!” gerutu Davion,sedikit kesel dengan sikap sahabatnya.
“Gimana kalau kita taruhan?” tantang Davion, “Taruha apaan?” tanya Venus balik, “Gini,kalau lo bisa lolos Audisi,Lo harus traktir gue makan sepuasnya, tapi kalo lo nggak lulus, gue bakal jadi supir lo selama satu bulan, tawaran menarik bukan?” Venus diam sejenak dan akhirnya menyetujui tantangan Davion.
Davion yakin, Venus pasti lolos Audisi, Davion mengakui tampang Venus, style Venus dan juga suaranya, jauh dari kata standar, dan layak jadi seorang publik figur.
“Gue bilang juga apa Ven?!! Lo pasti lulus Audisi!”  seru Davion saat Venus lolos sambil membawa kertas bertuliskan GOOD LUCK. “Iya tapi ini baru tahap awal, masih ada lagi masuk 10 besar,5 besar dan terakhir tunggal,” Jelas Venus, “Udah percaya ama gue, lo pasti lolos, ok? Tenang gue bakal temenin lo sampai Audisinya kelar” mereka duduk dan menunggu sampai terpilih penyanyi yang akan diasa bakatnya.
Setelah Audisi selesai, Davion langsung menagih janjinya, dan kedua mahasiswa ini pun berjalan meninggalkan tempat Audisi, dan mencari Restoran yang diinginkan Davion.

***
Pagi itu Venus ke kampus masih seperti biasa dengan motor hijau hitam dan tas gitar dipunggungnya, dengan gaya yang cool, Venus berjalan memasuki kelasnya.
Di kelas sudah terlihat Valen menunggunya, saat melihat Venus, Valen langsung tersenyum lebar menyambut kedatangan cowok yang slalu di impikannya itu.
“Aku dengar kamu ikut Audisi bintang berbakat ya ven?” tanya Valen dan tetap tersenyum manis, Venus hanya mengangguk dan duduk di bangkunya. “Wah, hebat gue pasti dukung lo ven!” Valen semangat banget ngedukung cowok pujaan hatinya.
“Venus! Lo liet ini deh,” Davion masuk kelas sambil berlari memberikan sebuah amplop yang berisikan pemberitahuan Audisi kemaren. Kebetulan Om Davion salah satu panitia Audisi kemarin, jadi Amplop itu dititipkan kepada Davion.
“Lo hobby banget ya lari-lari,” Ujar Venus saat Davion tiba di hadapannya, “Maklum gue mantan Atlite,” jawab Davion blagu, “Ya Atlite balab karung,” Ujar Valen, dan Venus pun tersenyum kecil, melihat sahabatnya dan cewek sexy ini, bertengkar nggak ada habisnya setiap kali bertemu.
Venus membuka Amplop tersebut, Venus membacanya, surat itu berisi pembritahuan bahwa dirinya lulus Audisi, dan diminta untuk menghadiri meeting di perusahaan music, membicarakan hal tersebut.
“Gimana Ven?” tanya Davion penasaran, “Iya gimana hasilnya Ven?” tanya Valen yang nggak kalah penasaranya, “Gue disuruh ke perusahaan yang ngadain Audisi, untuk take kontrak,” jawab Venus santai, “Oya?!!” seru Valen dan Davion bersamaan, tanpa sadar Davion dan Valen pelukan, Venus melongo memperhatikan kegirangan Valen dan Davion. Tiba-tiba Valen sadar bahwa dirinya sedang pelukan dengan musuh bubuyutannya, “Eh ngapaen lo meluk-meluk gue?!!” dengan cepat Valen melepaskan pelukannya, Davion juga nggak kalah kagetnya, menyadari dirinya sedang berpelukan dengan cewek yang slalu di panggil miss centil.
“Lo yang meluk gue lebih dulu,” ujar Davion membela dirinya, Valen tidak berkata-kata lagi karena nggak tau siapa sebenarnya yang salah, semua terjadi secara spontan, Valen langsung pamit kelur kelas, karena sedikit malu dengan Venus, Valen melihat senyum Venus tadi saat melihat Valen dan Davion berpelukan.

“Diam-Diam Ada Yang Menyukai Venus”

Di ruangan yang slalu disebutnya “Dunia Venus”, Venus menghabiskan hari liburnya dengan bercengkrama dalam kamarnya. Bermain gitar dan sesekali menelusuri Dunia maya melihat-lihat beberapa akunnya di dunia maya.
Venus sedikit penasaran dengan teman chatingnya yang bernama “Cewek_Unik”, nama cewek itu buat Venus penasaran.
Memang sih beberapa kali mereka chatingan, tapi cewek itu tetap nggak mau ngasih tau nama sebenarnya, Venus merasa nyaman dan tertarik untuk mengenal cewek itu, tapi cewek itu nggak ingin ngasih tau nama aslinya apalagi alamatnya.
***
Matahari mulai terbenam. Venus melangkahkan kakinya ketempat Venus bekerja Part Time.
Di Cafe, Venus bertemu Nicky adiknya sedang asik Hang Out bareng temen-temennya, tapi Venus tidak begitu mengambil pusing, Hang Out bukan hal yang buruk baginya.
Venus melangkahkan kakinya keatas panggung tempat Venus biasa menyalurkan suaranya dan petikan gitarnya.
Nicky yang tadinya tidak menyadari kedatangan kakaknya, tiba-tiba terdiam dan mencari arah suara yang sedang menyanyikan lagu Glenn Fredly-Belum saatnya, Nicky mengenal suara itu. Saat melihat kearah panggung, benar suara itu adalah suara kakaknya, Nicky tersenyum kecil kepada kakaknya.
Teman-teman Nicky ikut memandang kearah pandangan Nicky, dan salah satu teman Nicky bertanya, “Nick, lo kenal cowok yang lagi nyanyi itu?” tanya cewek yang bernama Sintia, belum sempat Nicky menjawab cewek itu meneruskan pembicaraanya, “Cowok itu sering gue liet manggung disini, keren banget dia kalo nyanyi, cool banget,” Nicky hanya tersenyum, dan temannya yang bernama Soffy melanjutkan omongan Sintia,  “Iya, senyumnya itu loh, mau tau gue jadi pacarnya,”
“Lo cocok jadi pembokat!” lanjut Sintia, tawa ke-4 anak SMA ini pecah.
“Kalian nggak tau cowok itu siapa?” tanya Dimas yang juga salah satu anggota hang out Nicky sore ini. “Nggak” jawab Sintia dan Soffy bersamaan, “NDESO!!” jawab Dimas,dan tawa mereka pun kembali pecah.
“Dia kakak gue,” jelas Nicky singkat. “Hah?!!!” lagi-lagi Sintia dan Soffy kaget bersamaan. Mereka kaget, karena kedua wajah kakak adik ini sangat berbeda.
Venus memiliki wajah yang begitu manis karena bibirnya yang mungil, dan tatapan mata Venus begitu tajam, sedangkan Nicky mempunyai wajah yang Oval dan bibirnya tidak manis tapi sexy, ya begitu pengakuan teman-teman Nicky yang cewek.
“Tadi gue liet lo manggung,” ujar Nicky, saat kakaknya memasuki pintu rumah, Venus tidak menjawab apa-apa, “Itu pertama kalinya gue denger lo nyanyi, ternyata di cafe itu lo kerja,” ujar Nicky lagi, “Ya, dan gue ingetin sama lo, jangan pernah lo injek cafe itu lagi, karena gue nggak suka, lo dateng ngeliet gue kerja,” akhirnya Venus mengeluarkan suarnya, Nicky tersenyum sinis, “Kenapa? Ven lo tau? Gue bangga punya kakak kayak lo, apa nggak pernah ya? Lo anggep gue adik lo?” tanya Nicky memberanikan diri. Venus diam nggak menjawab apa-apa bahkan tidak beranjak dari tempat ia semula berdiri, “Ven salah gue apa? salah nyokab apa? salah kak satria apa? salah semua orang tuh apa?! kenapa lo anggap kita semua ini patung Ven?!” suara Nicky mulai membesar. “perceraian mama papa, nggak hanya lo yang terpukul! Gue! Kak Satria, bahkan mama, kita semua sakit! Tapi kenapa hanya lo yang semakin berubah! Kenapa hanya lo yang bersikap dingin! Seolah-seolah, lo ngubur semua orang-orang yang sayang sama lo! Lo gila ven, Lo liet mama, mama sakit-sakitan, kesana kemari berobat, tapi lo masih terus-terusan bersikap dingin, mama tambah terpukul dengan sikap lo!” “Diam! Jangan pernah lo nasehatin gue! Lo nggak pernah tau apa yang gue rasain!” bentak Venus.
“Gue tau kepergian cewek lo, perceraian mama papa yang buat lo tambah berubah, tapi apa tanpa Gladis dunia kiamat? Apa tanpa keluarga utuh hidup lo berakhir? Ven masa depan lo masih jauh, sampai kapan lo mau kayak gini? Sampai mama nggak ada, karena capek ngeliet tinngkah anak-anaknya?!” keduanya terdiam, dan Venus memutuskan untuk meninggalkan adiknya di ruang tamu sendirian, saat Venus melangkahkan kakinya menaiki tangga, Nicky berkata pelan, “Ven, Lo kakak gue, gue harap lo berubah, dan gue harap lo masih anggep gue adik lo,” Venus berhenti sejenak, dan kemudian kembali menaiki tangga.

***
Di perpustakaan kampus, Venus bersama Davion mencari beberapa buku untuk bahan tugas mereka.
“Ven, lo udah hubungin Sandra belum?” tanya Davion pelan sedikit berbisik, Venus hanya mengangguk, “Oh ya?!!!” teriak Davion kenceng, dan membuat beberapa pengunjung perpustakaan memperhatikan mereka, Venus yang sejak tadi sedang mencari cari buku, tiba-tiba mengentikan tangannya untuk mengambil buku di rak buku, dan memandang Sahabatnya sambil menghembuskan nafas dengan pelan.
Venus dan Davion duduk di salah satu bangku yang ada di perpustakaan.
“Sandra itu masih SMA ya?” Venus memulai pembicaraan, “Iya seumuran sama adik lo Nicky,”  jelas Davion, Venus hanya menggangguk, “Eh cerita dong, kalian ngobrolin apaan?” tanya Davion penasaran, “Biasa aja,” lagi-lagi jawaban singkat, Davion sangat mengerti dengan sifat sahabat satu-satunya ini, so?? Davion tidak begitu menanggapi serius ketika sahabatnya hanya menjawab dengan singkat semua pertanyaannya, karena nggak hanya Davion yang merasakan sifat dingin Venus, semua orang merasakannya.
“Hai Venus,” sapa Valen dan langsung mengambil bangku tepat disebelah Venus yang sedang baca buku.
“Hai juga Len,” sapa Davion sambil mengerakan keningnya, “Ich! Gue sapa Venus bukan lo kremi!” balas Valen kesel, “Mending di bales sama gue, dari pada nggak di bales sama skali sama Venus? Pilih mana lo?” ujar Davion, “Bising lo!” bentak Valen.
“Bising banget sih lo berdua,” tegur Venus, “Ini temen lo nih, kok bisa sih lo temenan sama dia?” gerutuh Valen dengan nada suara yang manja, “Udah-udah gue mau masuk kelas,” Venus berdiri dan berjalan keluar.
“Gara-gara lo tuh Venus ninggalin gue,” Valen kembali menyalahkan Davion, “Bising lo!” Davion juga ikut berdiri dan membiarkan Valen berdiri sendiri sedikit merengek dan kesel.
***
Venus sore hari berada di GOR kampusnya sambil memegang sebuah bola basket berwarna kecoklatan. Sesekali Venus memantulkan bola itu ke lantai, entah apa yang di fikirkannya, Venus selalu seperti ini jika sedang ingin sendiri, Venus pasti mencari tempat sepi untuk menenagkan dirinya, dan hari ini GOR kampusnya sepi.
Beberapa saat kemudian Davion datang berlari sambil memanggil nama Venus, “Venus!! Venus!! Lo di sini rupanya,” Venus memandangi Davion yang lagi ngos-ngosan.
“Ada apa?” tanya Venus dan mengerutkan keningnya. “Gue punya kabar gembira sob,” jelas Davion antusias, “Apa?” “Lo liet nih,” sambil menyodorkan famplet berwana hijau,Venus langsung mengambilnya dan membacanya. “Lo bisa ikut Audisi sob! Gue yakin lo pasti lulus,” Davion sangat antusias,ingin sahabatnya itu ikut Audisi penyanyi. Tapi Venus hanya diam, “Lo kenapa? Lo nggak suka ya? Ven ini tuh kesempatan lo,lo bisa jadi artis,Samuel Venus Alberto artis papan nama masa kini!! Hahaha.. keren kan?” “haha.. ngaco aja lo,” Venus malah ikut ketawa, “Gue nggak ngaco ven, serius lo harus ikut! Ok?” “Tapi Yon,” “Eitss.. nggak pake tapi,”. Kali ini Davion nggak mau ngalah, Venus harus tetap ikut Audisi, Davion sangat yakin temannya bisa jadi artis. Venus hanya diam,dan mulai memikirkan Audisi bintang berbakat bulan depan.

"Cool? cuek? Bukan berarti nggak laku!!"

Jangan fikir sifatnya yang dingin dan cuek,membuat Venus di jauhi cewek-cewek,tidak sama skali.
“Wess,sejak kapan lo disini?” tanya sahabat Venus yang bernama Davion. “blum lama sih” jawab Venus dan kembali memainkan gitarnya dengan alunan lagu MCR-Disanchanted.
“Eh Ven, lo gue kenalin ke sepupu gue ya,lo mau nggak?” Venus tidak menjawab sama skali dan tetap fokus pada permainan gitarnya tadi. Tapi Davion tetap saja meneruskan pembicaraannya.  “Namanya S.A.N.D.R.A, alias Sandra!, lo harus coba Ven , ini cewek nggak biasa!” jelas Davion panjang lebar.
Venus langsung menghentikan permainannya, dan memandang Davion yang lagi duduk dihadapannya.
“So??? Kenapa?” hanya itu tanggapan Venus, “ Yaelaahh.. wooy!! mana playboy lo dulu!? Udah lo buang ke laut! Hahaha..” tanya Davion sedikit bercanda, “Bawa cewek itu ke hadapan gue,” pinta Venus dengan tampang serius, “apa?! Sayang sekali mas bro, dia nggak di jakarta,dia di surabaya,“ jelas Davion lagi dan nyegir nggak jelas, Venus langsung memandanginya dengan tampang yang lumayan kesel, dan langsung berdiri, Venus  berjalan ke pintu luar meninggalkan Davion sendirian. “Jiaah ngambek” ucap Davion saat melihat sahabatnya keluar dari studio.
***
Malam hari di kamarnya Venus merebahkan tubuhnya sambil memandangi langit-langit kamarnya.
Tiba-tiba Venus teringat omongan Davion di studio tadi, “Lo harus coba ven, ini cewek nggak biasa,” omongan Davion benar-benar terekam jelas di benak Venus, “Sandra” ujar Venus mengucap nama cewek yang ingin dekenalkan sahabatnya kepada Venus.
Venus menarik nafas dan menutup matanya perlahan, dan belum sampai lima menit Venus langsung berlayar di pulau kapuk.
***
“Venuuuss!! Bangun woy! Mama nelfon nih!” teriak adiknya Nicky membangunkannya,dengan menggedor-gedor pintu kamar kakaknya. Dengan wajah masih males Venus bangun dan membuka pintu kemudian menggambil handphone yang di pegang adiknya.
“Hallo” sapa Venus sambil nguap, “masih ngantuk banget ya? Tegur mamanya “Ayo buruan siap-siap ke kampus, ini udah jam berapa, nanti telat loh, “ ujar mamanya mengingatkan Venus “Iya ma” jawab Venus singkat, “Yasudah jangan lupa sarapan, Love you” mamanya mengakhiri pembicaraan, “Love you too mom” lagi-lagi Venus menguap membalas salam di telfon.
Venus melihat jarum jam di dinding kamarnya, mata Venus langsung terbuka lebar melihat jarum jam sudah menunjukan jam 07:36. Tanpa basa basi Venus berlari kekamar mandi.
Beberapa saat kemudian Venus tlah sampai di kampus dengan slamat dan tanpa telambat. “Huff.. untung Dosen belum masuk” ucapnya dalam hati sedikit legah,karena tidak harus berada di luar saat ujian Finall berlangsung.
Saat ujian selesai, Venus melangkahkan kakinya menuju sebuah taman baca. Venus duduk sendirian sambil mendengarkan alunan lagu dari sebuah Group band kesayangannya.
Lagi-lagi Venus teringat akan omongan Davion. Venus langsung mengambil Handphonenya, dan mengetik beberapa kalimat untuk Davion. Lima menit kemudian Davion tlah sampai di hadapannya.
“Ada apa komandan?!” tanya Davion dengan lagaknya seperti aparat kepolisian. “Gue minta nomer sandara,” ujar Venus tanpa basa basi, “Lo serius? Dengan senang hati,”.
***
Sudah seminggu nomer itu berada di handphonenya, tapi Venus belum juga menghubunginya.
Venus duduk disalah satu meja yang ada di Cafe tempat Venus bekerja. Dia meraih handphonnya dari dalam saku celananya. Dan membuka fitur contac, mencari nama contac Sandra. Sebelum Venus menekan tombol hijau, Venus melihat jam yang ada di sudut kanan handphonenya, sudah menunjukan pukul 22:00, “Udah larut, dia pasti udah tidur,” ucap Venus dalam hati, dan menghentikan niatnya untuk menghubungi cewek yang bermukim Di kota Surabaya.
***
Sinar mentari menyinari kamar Venus, dan membuat Venus terbangun dari mimpinya semalem. Venus meraih handphonya, entah dalam keadaan sadar atau tidak, Venus kembali mencari nomor contac yang bertuliskan nama Sandra, dan langsung menekan tombol hijau.
“Hallo” terdengar suara seorang cewek yang begitu lembut, percaya nggak percaya suara cewek itu membuat jantung Venus berdetak nggak karuan. Dengan sedikit canggung Venus membalas, “Hallo” , “maaf siapa ya?” Venus mendengar pertanyaan cewek itu, tapi masih juga belum menjawab. Terdiam beberapa saat akhirnya Venus menjawab pertannyaan cewek diseberang sana, “Gue Venus, sahabatnya Davion, lo Sandra kan?” Venus balik bertanya pada cewek itu,  “Iya gue Sandra, Oo iya salam kenal ya Venus,”ujar cewek itu dengan sopan. Mereka mengobrol sampai setengah jam.
Venus duduk di kantin kampus, terdiam beberapa saat, dan tiba-tiba tersenyum mengingat pembicaraanya dengan cewek tadi, suara cewek itu benar-benar membuat jantung Venus masih berdetak nggak karuan. Lama Venus nggak kayak gini, semenjak Gladis, cewek yang benar-benar membuat hidupnya berwarna, pergi untuk selamanya.
Perceraian kedua orang tuanya dan juga kepergian pacarnya akibat kecelakaan, sangat membuat Venus terpukul, dan semuaitu yang membuat Venus berubah total.
Kadang Venus menyalahkan dirinya sendiri, kecelakaan yang terjadi tiga tahun lalu, akibat kecerobohan Venus sendiri.
Hari itu Gladis, benar-benar tidak ingin ikut naik motor bareng Venus saat Venus akan balapan liar. Tapi Venus mohon-mohon agar Gladis mau ikut denganya, dan merasakan kebebasan saat mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Tapi apa yang terjadi, kecelakaan yang akhirnya merenggut nyawa Gladis.

"Dunia Venus"

“Pagi yang menegangkan untuk ku,” gumam seorang anak laki-laki yang berumur 19 tahun. Pagi itu ia mempersiapkan semua alat tulisnya untuk melaksanakan ujian fainal semester dua.
Kamar yang serba berwarna gelap ini begitu tertata rapi. Ada dua buah gitar yang berada tepat disudut kiri kamar tersebut, gitar berwana cokelat adalah gitar clasic yang di belinya untuk pertama kali, dan gitar yang berwarna putih adalah gitar hadiah ulang tahunnya yang ke-17, disudut kanan kamar ada sebuah lemari berwarna abu-abu dengan berbagai macam poster tertempel di pintu lemari tersebut, tidak lain poster-poster itu adalah sebuah group band kesukaannya “Blink-182”, didinding kamarnya juga ada beberapa poster yang menggambarkan dirinya sendiri, itu memang di design khusus olehnya, tidak ketinggalan juga di sebuah meja belajar yang cukup besar terdapat sebuah bola basket berwarna hitam, dan di rak buku-buku kesayangannya terdapat sebuah papan skeatboard berwarna hitam dengan corak putih bertuliskan +44, dan terakhir di belakang pintu kamarnya ada sebuah ring basket.
Hampir lupa, disebuah meja kecil terdapat weker berbentuk bola basket berwarna hitam,disana juga ada 2 bingkai foto, foto yang terbingkai lumayan besar terdapat seorang ibu mengenakan pakaian berwarna putih dan dibelakang ibu tersebut ada tiga orang putra yang juga mengenakan pakaian serba putih, mereka tersenyum lepas terlihat seperti sedang bersenda gurau. Dan foto yang ke dua adalah foto seorang cewek yang terlihat sangat cantik, matanya, hidungnya, bibirnya sangat indah untuk dipandang.
Venus slalu menyebut kamarnya dengan sebutan “DUNIA VENUS”

***
Setiap kali berangkat ke kampus cowok ini slalu membawa gitar clasic-nya, itu semua karena setiap pulang kuliah, dia slalu kerja paruh waktu disebuah cafe di pusat kota.
Dengan begitu terburu-buru, cowok berkulit sawo matang ini menancap gas motornya yang berwarna hijau hitam dijalanan kota.
***
Venus, begitu nama sapaan cowok yang sekarang kuliah di fakultas Teknik Elektromedik. Cowok yang hobby basket ini mempunyai kakak cowok bernama satria dan adik cowok bernama Nick. Venus dan kakaknya terpaut umur yang tidak begitu jauh dan begitu juga venus dengan adiknya. Tetapi kini kakaknya sudah bekerja diluar negeri dan adiknya duduk di kelas 3 SMA.


***
Semenjak Venus duduk dibangku  kelas 1 SMA, ayah dan ibunya bercerai, awal perceraian mereka membuat Venus kacau, urak-urakan bahkan balapan liar sudah menjadi makan malam Venus, venus belajar merokok, belajar minum-minuman keras, dan bahkan membuat KTP palsu untuk dapat keluar masuk Klab setiap malam, tapi itu hanya bertahan 1 tahun, tetapi walaupun Venus sudah mencoba untuk kembali menjadi Venus yang dulu tetap saja sifat dingin nya dan cuek tidak akan hilang.
***
Ujian finall pun selesai. Venus keluar dari kelasnya sambil membopong Gitar kesayangannya.
“Venus!” terdengar teriakan seorang cewek dari arah belakangnya, Venus berbalik kearah suara itu, ”Eh,hai len,” sapa Venus sambil menebarkan senyum manisnya, Valen pun membalas senyum itu dan melangkah dengan cepat berjalan kearah Venus.
“mau kemana ven?” tanya Valen, “Mau ke studio music, ada pa?”, “yaah, bisa temenin gue jalan nggak sore ini?” tanya Valen lagi dengan suara manja, Venus terdiam sebentar,
“ Aduuh, nggak bisa len, gue kerja, hmm.. gimana kalau besok siang aja?” tawar Venus mengundundurkan jadwal shopping Valen,wajah Valen langsung berubah manyun,tapi mau nggak mau dia harus ikut kata Venus,dari pada nggak jalan sama skali.
“yaudah deh” jawab Valen singkat, “Ok Bye,”
Venus emang slalu bersikap ramah pada cewek-cewek,tapi itu hanya cewek-cewek yang di kenalnya dan nggak centil kayang cacing kepanasan. Kalau ketemu cewek centil,darah cuek Venus pasti naik, dan pasti nggak mau negur apa lagi sampai temenan sama cewek kayak gitu.