“Ven lo kenapa?” tanya Davion yang sejak tadi duduk di sebelah Venus, tapi Venus sepertinya tidak menyadari kedatangan Davion. Venus masih tetap saja diam, sepertinya Venus benar-benar tidak menyadari kedatangan Davion.
Davion menarik nafas, dan kemudian, “Woi! Lo kenapa?!” davion berteriak tepat di kuping Venus, Venus langsung memalingkan pandangannya, dan tangan kanannya, mengusap-ngusap telinganya, “Apaan sih lo? Ngagetin aja?” jawab Venus kesel karena kaget. “udahlah gue mau jalan dulu,” ujar Venus lagi, dan meninggalkan Davon sendirian. “Yee, tuh anak gue nanya malah di tinggalin,” keluh Davion.
***
Venus mengingat-ngingat omongan mamanya kemarin di rumah sakit. Sepertinya Venus tau apa yang harus Venus lakukan.
Sore itu tepat jam 16:00, Venus menancap gas motornya meuju SMA tempat adiknya bersekolah.
Venus menunggu adiknya di depan gerbang, Venus berdiri memperhatikan semua orang yang keluar dari gerbang sekolah tersebut. Venus membalikan badannya memandang ke arah jalan, mencoba memperhatikan, mungkin Nicky sudah lewat tapi Venus tidak melihatnya.
Tiba-tiba “Braakk!!” seorang cewek menabrak Venus dari arah belakang, cewek itu tidak melihat Venus, karena sedang asyik ngobrol ama temen di sampingnya. Cewek itu terpantul hingga beberapa langkah, Venus kaget dan membalikkan badanya dan melihat kearah cewek yang berambut panjang, dengan rambut terurai dan memaikai tas punggung.
“Eh, jalan liat-liat dong! Min berapa mata lo? Gue segede gini nggak di liat,” bentak Venus nggak tanggung-tanggung, “Hellooo.. lo nggak liet ya? Semua anak SMA itu pada keluar sekolah, lo ngapaen berdiri di sini?!” cewek itu nggak mau kalah. “Tunggu kayaknya gue kenal lo,” gumam cewek itu lagi sedikit mengingat-ngingat tampang cowok dihadapannya, “Oiya! Lo cowok yang waktu itu hampir nabrak gue kan?! Pake motor buntut lo itu!” ujar Cewek itu lagi saat ia menginggat kejadian tiga hari lalu.
“Enak aja lo ngatain motor gue buntut, eh motor gue lebih berharga ya dari pada elo!!” bentak Venus sambil mengepalkan tanganya, pengen banget Venus ngasih bogem mentah buat cewek SMA ini, tapi Venus mengurungkan niatnya. “Tinggal di zaman adam ya lo? Moge kayak gitu lo bilang buntut! Sinting!” bentak Venus lagi, “Ok motor lo nggak buntut, tapi tampang dan kelakuan lo super buntut! Ngerti lo, cowok rese!” bentak cewek itu lagi sambil menunjuk kearah muka Venus kemudian melangkahkan kakinya menuju mobil berwarna biru yang sudah menunggunya dipinggir jalan.
“Gila, baru kali ini, gue digituin sama cewek,” ujar Venus pelan dan tersenyum sinis.
Venus menarik nafas sambil memperhatikan mobil cewek itu berlalu dari hadapannya. Venus mencoba melupakan kejadian tersebut, dan kembali memperhatikan kedalam sekolah, mencari-cari adiknya keluar dari gerbang.
Setelah hampir setengah jam Venus berdiri depan gerbang, orang yang di tunggunya nongol juga. “Nicky,” panggil Venus, Nicky kaget melihat kakaknya datang kesekolahnya, sebelumnya Venus tidak pernah melangkahkan kakinya kesekolah Nicky, bahkan sejak dulu Venus tidak pernah suka kalau Nicky satu sekolah denganya.
“Lo ngapain kesini?” tanya Nicky sambil mengerutkan keningnya, nggak habis fikir, melihat kakanya menunggunya depan gerbang. “Kita harus ngomong,” ujar Venus pelan.
“Sori gue mau latihan Taekwondo, dan gue udah telat,” Nicky langsung pamit, tanpa memerdulikan Venus yang masih saja berdiri di depan sekolahnya.
***
Davion menghampiri Venus di studio tempat biasa mereka nongkrong. Dan seperti biasa Venus pasti sedang memainkan gitarnya dengan alunan lagu sesuai dengan suasana hatinya.
“Lo kenapa sih ven?” Davion memulai pembicaraan, “Yon, gue mau tanya sesuatu sama lo,” “Ok tanya aja,” venus terdiam sejenak, dan kembali memulai pembicaraanya dengan sahabatnya.
“Apa selama ini sikap gue udah keterlaluan ya Yon?” tanya Venus, “Hm.. gue sih ngerasa udah saatnya lo berubah, kasian nyokab lo. Ama adik lo aja lo nggak akur, sama semua orang bahkan termasuk gue, sikap lo dingin banget Ven, untung gue sabar, kalo nggak gue udah minta cerai,” ngomong sama Davion emang jarang bisa serius, dalam situasi gini aja dia masih sempat bercanda. “Gue serius Yon” Davion langsung nyengir sok blaga bego. “Iya-iya,pokoknya itu saran dari gue, ubah sikap lo sekarang sebelum lo terlambat,ok?” Davion memberi semangat dan mulai terlihat serius. Venus hanya membalasnya dengan mengangguk, tanda kalau Venus akan mencoba untuk merubah sifat dan sikapnya yang sangat-sangat dingin kesemua orang.
***
Venus tidak menyerah untuk mengajak adiknya ngomong soal ketegangan mereka selama ini.
Venus pulang kerumah, di lihatnya mobil adiknya sudah terparkir digarasi rumah. Venus melangkahkan kakinya dengan cepat, berharap adiknya, mau untuk berbicara empat mata dengannya.
Tanpa mengetuk pintu kamar Nicky, Venus langsung membukanya. Nicky kaget melihat kakaknya tiba-tiba membuka pintu kamar.
Venus berjalan mendekati Nicky yang sedang asik bermain Playstation. Nicky memandangi kakaknya tanpa berkata apa-apa.
“Nick, kita harus ngomong sekarang,”
“Soal apa? bukannya lo slalu ngerasa nggak ada yang perlu kita bicarain?”
“Nick, gue mohon ama lo, jangan kayak gini,” Ujar Venus tegas, “Nick gue tau gue salah selama ini, Gue, gue pengen jadi Venus yang dulu, yang peduli sama Adik gue, dan peduli sama semua orang, gue fikir jadi Venus yang dulu lebih menyenangkan, “ Venus tersenyum kepada adiknya yang sejak tadi mendengarkan pembicaraanya.
Nicky tersenyum kecil “Lo yakin? Udah bertahun-tahun lo kayak gini, mungkin tambah setahun lagi, lo bakal gila, atau mungkin malah bakal kebalik, nggak akan ada yang peduli juga ama lo,” ujar Nicky sambil memandang sinis kearah Venus.
Venus menundukan kepala, semua yang dikatakan adiknya membuat Venus makin sadar akan sikapnya selama ini.
Setelah beberapa lama mereka berdebat, akhirnya Nicky mau memaafkan Venus, asal dengan syarat Venus bener-bener berubah
***
Hari ini tanggal 28 Juni hari ulang tahun Gladis. Andai Gladis masih ada sekarang Gladis sudah berumur 19 tahun.
Venus bangun sangat pagi. Hari ini Venus akan bolos kuliah. Venus mengenakan pakaian serba hitam, selain karena mau Ziarah, Gladis juga sangat senang dengan warna hitam.
Setiap kali kemakam Gladis, Venus nggak pernah lupa membawakan bunga melati. Dan setiap kali Venus berada disana, air mata Venus nggak bisa ia tahan, sakit, kangen, ngerasa bersalah, bercampur aduk jadi satu.
Hubungan mereka yang bisa di bilang begitu serius dan bahkan kedua orang tua mereka sudah menyetujui hubungan mereka. Tapi Tuhan berkata lain, Gladis bukan takdir Venus.
Venus berdiri sambil tersenyum memandangi batu nisan yang bertuliskan nama Gladis Anisa Putri. Venus meletakan bunga melati putih dan berkata. “Hai Gadis yang punya senyum manis, ini aku kamu masih ingat aku kan? Aku bawain kamu bunga melati kesukaan kamu, kamu juga bisa liat aku mengenakan pakaian warna kesukaan kamu, dan T-Shirt yang pernah kamu kasih buat aku, kamu ingat kan? Aku harap kamu bisa dengar aku,” Ujar Venus dan tersenyum, matanya mulai berkaca-kaca.
“Gladis, selama ini nggak ada yang bisa gantiin kamu, kepergian kamu udah tiga tahun, dan sama seperti tahun-tahun kemaren, aku masih sayang kamu.” Ucap Venus lagi dan masih tetap tersenyum tapi kali ini air mata Venus benar-benar jatuh mengalir di pipinya.
Venus mengahup air mata yang membasahi pipinya, Venus kembali tersenyum, badanya sedikit dibungkukkan, Venus mencium batu nisan yang ada dihadapanya sebagai tanda perpisahan.
Venus berjalan meninggalkan makam Gladis, berusaha menguatkan dirinya.