Tepat jam 01:18 PM,
Tiffany duduk diLobby airport menunggu kedatangan seseorang,
Cowok yang sudah hamper setahun kenal dengannya tapi tak pernah bertatap muka dengannya,dan sekarnag inilah saatnya.
Dengan sabar Tiffany menunggu duduk sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya,sesekali dia melihat jarum jam ditangan kirinya.
Tiffany melirik kesalah seorang yang sedang berjalan melewati sebuah pintu masuk.
“Kata Dhitya dia pakai kaca mata item,jacket hitan dan bawa tas warna merah”
Gumam Tiffany dalam hati,
Tiba-tiba Tiffany sadar bahwa cowok yang berjalan tadi adalah orang yang sedang ditunggunya,
“Itu dia!!”
Sorak Tiffany bangun dari tempat duduknya dan berlari menuju arah pandanganannya tadi,
“Heeey tungguuuuu!! Dhitya!!”
Teriak Tiffany saat mendekati cowok yang terlihat begitu cool,
Cowok itu membalikkan badannya,dengan sangat pelan ia melepaskan kaca matanya,dan mengerutkan keningnya melihat seorang cewek yang berpenampilan sangat sederhana dan terlihat sangat manis dengan rambut digurai dan menggunakan bandana berwarna putih dikepalanya.
“Kamuuuuu”
Dhitya coba menebak,
“Aku Tiffany”
Sambil memperlihatkan senyum manisnya,.
“iyaa,hmm.. aku Dhitya”
Ujar Dhitya sambil menjulurkan tanganya,dan menatap kedua mata Tiffany dengan sangat dingin dan membuat Tiffany sedikit salting.
“Udah lama nunggu ya?”
“Hmm.. lumayan”
Jawab Tiffany gugup karena baru kali ini ketemu cowok sekeren Dhitya yang membuatnya salting setengah mati. Kedunya melangkahkan kakinya menuju pintu keluar Air Port. Tiffany menenggok kekanan dan kekiri mencari cari Taxi,akhirnya dapat juga,keduanya pun masuk kedalam taxi. Mereka mencari-cari hotel tempat untuk Dhitya beristirahat selama berada dikota medan.
Setelah hamper sejam mengelilingi kota medan,akhirnya mereka mendapat penginapan yang lumayan dekat dengan rumah Tiffany.
Dhitya Putra Pranata,begitu nama lengkap cowok yang sekarang duduk dibangku mahasiswa semester 4,cowok yang berkulit putih dan campuran chines indo ini lebih dikenal dengan panggilan Dhitya,tampangnya yang cool membuat cewek-cwek penasaran dengan kepribadian cowok yang menjadi capten team basket dikampusnya,Dhitya anak ke-2 dari 3 bersaudara,kakak dan adiknya berdomisili dinegeri sakura. Semenjak umur Dhitya 14 tahun kedua orang tuanya telah berpisah alias broken home,Dhitya tinggal bersama ibunya sedangkan ayah-nya telah mempunyai keluarga baru,itu yang membuat Dhitya sedikit pendiam dan sangat tertutup,tetapi semenjak ia mengenal seorang perempuan yang bernama Tiffany,Dhitya bisa seperti biasa tersenyum,tertawa karena humor cewek yang slalu membuatnya terlihat bahagia,walau sebenarnnya Dhitya sedikit tertekan dengan kondisi keluarganya.
Tiffany,cewek yang mempunyai rambut panjang dan lurus ini mempunyai nama lengkap Tiffany Alessandra Winata cewek yang sekarang menjadi mahasiswa Phisikologi disalah satu universitas negeri dikota Medan.
Tiffany mempunyai 4 orang sahabat mereka kenal semenjak sama-sama masuk diSMA swasta.
Tiffany mempunyai sifat yang penyayang,lucu,humoris,baek,perhatian dan sedikit lasak alias gokil,dengan sifatnya sedikit kekanak-kanakan ternyata membuat cowok super cool terpesona karenanya.
Semenjak Tiffany mengenal Dhitya mereka mempunyai nama panggilan sayang masing-masing,Tiffany sering menyebut Dhitya dengan panggilan “Jelek” dan Dhitya lebih senang memanggil Tiffany dengan sebutan “Sepek” yang berarti Pesek hanya saja Dhitya sedikit membalik kata-kata itu,Dhitya memanggilnya seperti itu bukan tanpa sebab,nama itu ada karena memang Tiffany memiliki hidung yang kurang mancung yang dikenal dengan sebutan Pesek,buat Tiffany itu tidak begitu buruk,Tiffany malah terbiasa dengan panggilan itu,dan Dhitya juga sering menyebut Tiffany sebagai Little Fairy,karena Dhitya yakin Tiffany adalah peri kecil yang bertugas untuk menghiburnya dari sederetan masalah yang dihadapinya.
“udah waktu makan siang nih,gimana kalau kita makan siang bareng dicafe Hotel ini?”
Tawar Dhitya kepada Tiffany setelah selesai Cek-in.
“Boleh juga,yuk”
Ujar Tiffany menyetujui ajakan Dhitya.
Mereka kembali berjalan menuju cafe hotel dan memesan makanan dan minuman kesukaan masing-masing.
Kedunya mengobrol banyak tentang kesan mereka saat bertemu,seperti biasa Tiffany paling bisa membuat Dhitya tertawa.
“Aku seneng ketemu kamu sepek”
Ujar Dhitya sesaat setelah mereka selesai ketawa ketiwi bareng,Tiffany hanya membalasnya dengan senyuman.
Hari itu menjadi hari yang menyenangkan buat Tiffany dan Dhitya,mereka sangat menikmati hari itu,pertemuan yang nggak akan pernah terlupakan.
JJJ
Pagi yang cerah membuat Tiffany bersemangat untuk memulai aktivitasnya seperti biasa.
Tepat pada jam 07:30 Tiffany bersiap-siap untuk kekampus,udah nggak sabar ingin menceritakan cowok yang dikanalnya lewat dunia maya,yang membuatnya salting setengah mati saat bertemu di Air Port.
Tiffany berlari mencari-cari ke-4 sahabatnya nongkrong seperti biasa,setelah hampir mengintari setiap sudut kampus ternyata ke-4 sahabatnya sedang asyik ngeliat cowok-cowok basket lagi latihan diGOR kampus.
“Hay semua”
Sapa Tiffany dan langsung duduk disebelah kanan ke-4 temannya,
“Kamu kenapa Tif? Ngosngosan gitu”
Tanya Helen heran dengan kedatangan Tiffany yang dengan tampang semangat 45.
“Pada mau denger cerita gue nggak?”
Tanya Tiffany kepada ke-4 sahabatnya sambil mengedip-ngedipkan matanya.
“Mau cerita apa?”
Tanya Helen dan Mala kompak.
“Lo tau nggak? Gue udah ketemu ama Dhitya kemaren gue jemput dial oh diAir Port,heem.. teruuuuuus”
“Terus apa?”
Desak Putri nggak sabar mendengar cerita Tiffany.
“Terus kita kehotel”
Lanjut Tiffany dan membuat teman-temanya mikir yang nggak-nggak,
“Eiitsss jangan pade ngeres,hemm.. aku temenin dia nyari tempat nginep,setelah itu kita makan siang bareng”
Tiffany senyum kegirangan,
“Terus-terus gimana orangnya Tif?”
Tanya Kasturi sahabat Tiffany yang berdarah India-Batak.
“Orangnyaaaaaa.. baek,keren,cool,putih,tinggi,manis,yang terpenting dia cakeeeeeep banget”
Jelas Tiffany menceritakan ciri-ciri Dhitya kepada sahabat-sahabatnya dengan ekspresi wajah yang rasanya mau meleleh nggak tahan ngingetnya.
“Waaaahhh kenil dong kekita-kita”
Rengek Mala mulai keluar manjanya.
“Tenang aja pasti,tapi inget awas ya kalau kalian pada naksir”
Canda Tiffany sambil tertawa,
“Jangan salahin kita,tapi salahin nih mata,hahaha..”
Canda Putri membuat suasana semakin rame nggak jelas.
Ke-5 sahabat ini jika sudah berkumpul pada keluar lasak bercampur genit,itu lah mereka gokil abis. Mereka slalu membuat suasana yang rame semakin rame,suasana yang sedih pun akan jadi rame kalau ke-5 sahabat ini sudah berkumpul.
Putri sahabat Tiffany yang paling kocak dan lebih genit dari cowok,bisa buat cowok mati gaya kalau didekatnya.
Mala cewek berambut berombak ini sahabat Tiffani yang super bawel apa saja yang terjadi dengan sahabat-sahabatnya dia harus tahu dan nggak mau ketinggalan info sedikitpun.
Helen putriana begitu nama lengkap cewek yang seorang anak polisi ini cewek yang berposture tubuh seperti polisi ini terkenal pintar dan hobby nulis fanfic.
Kasturi setty cewek yang berdarah India-indo ini mempunyai kulit yang hitam dan lebih akrab dipanggil Danker,tapi jangan salah Kasturi mempunyai rambut yang lurus panjang dan indah.
Ke-5 sahabat ini sangat kompak dalam hal apapun,shopping slalu bareng,kesalon bareng,nongkrong bareng,dan masih banyak lagi yang mereka lakukan bersama-sama dan pastinya slalu narsis bareng.
“Aku duluan ya,”
Ujar Tiffany saat jam mata pelajaran terakhir usai.
“Mau kemana Tif?”
Tanya Putri yang duduk tepat disebelah Tiffany,
“Aku ada janji dengan Dhitya,Daaaaaahh”
Jawab Tiffany melambaikan tanganya keluar dari pintu kelasnya dan segera pergi menemui Dhitya yang sudah menunggunya disalah satu resto.
Hari ke dua Dhitya berada dikota medan,bahagia s,senang bercampur aduk menjadi satu karena telah menemukan orang yang slalu buat dia bahagia.
Siang itu Dhitya dan Tiffany menghabiskan waktu berdua,makan siang dan jalan-jalan keberbagai tempat hingga mala langkah mereka terhenti disalah satu taman kota,keduanya bermain berbgai macam mainan yang ada ditaman itu,makan ice cream dan bermain diayunan bercanda dan tertawa sepusnya.
“Udah malem,kita balik yuk?”
Ajak Dhitya sambil mengumbar senyum manisnya,Tiffany hanya mengganggukan kepalanya dan tersenyum kecil. Kedunya bangkit dari ayunan dan berjalan menuju jalan pulang.
Tiffany merebahkan tubuhnya diistana kecilnya,senyum-senyum sendiri seperti orang yang sedang jatuh cinta.
“(Hmmm.. kenapa nggak dari dulu ku ketemu dia?)”
Gumam Tiffany dalam hati sambil tersenyum membayangkan sesuatu yang ia harapkan menjadi kenyataan,Lamunan Tiffany membawanya sampai kedalam alam mimpi hingga Tiffany bangun telat karena asyik dengan mimpinya.
Seperetinya Tiffany sangat tertarik dengan kepribadian seorabg Dhitya cowok yang dikenalnya dari dunia maya,dan Dhitya pun member singnal untuk kedepannya,Dhitya sendiri juga sangat menyuakai sosok Tiffany yang rame dan super gokil.
Tiffany merasa Dhitya lah orang yang dikirim tuhan untuk menggantikan sosok alm.Randy yang sudah 3 tahun meninggalkannya. Tiffany sangat mencintai Randy dulu,hingga Tiffany sulit untuk menerima kepergiaan Randy,Randy pergi dengan cara yang tragis,kecelakaan 3 tahun lalu yang membuatnya kehilangan nyawanya,Tiffany sangat terpukul mendengar berita soal kepergian Randy,tapi semenjak ia menggenal Dhitya cowok yang lebih tua setahun darinya,membuatnya mampu melupakan Randy dan ia yakin banget Dhitya pasti orang yang tuhan kirim untuk menggantikan Randy dan menyembuhkan luka yang bertahun-tahun ia rasakan setelah kepergian Randy.
Sudah hapir seminggu Dhitya menikmati kebersamaannya dengan cewek yang slalu membuatnya tersenyum.
Dhitya berencana menggungkapkan perasaanya selama ini kepada Tiffany. Dhitya berharap banget Tiffany nggak akan nolak perasaan Dhitya.
Sore itu Dhitya nunggu Tiffany disalah satu taman kota,Dhitya duduk sesekali ia menengok kekanan dan kiri,mencari-cari dari arah mana Tiffany akan nonggol. Jantung Dhitya berdetak sangat kencang,persaan takut mulai menyelimuti tubuhnya,tidak lama kemudian ia melihat sosok wanita berjalan dari arah jam 9,melangkahkan kakinya dan tersenyum kearah Dhitya yang sedang duduk dengan memegang setangkai mawar putih yang sedang disembunyikannya dibelakang tubuhnya.
Tiffany langsung duduk disebelah kanan Dhitya dan memperlihatkan senyum manisnya Dhitya pun membalas senyum itu dengan wajah sedikit pucat.
“Peri kecil,aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
Dhitya memulai pembicaraannya.
“Silahkan”
Dan masih tetap tersenyum manis dihadapan Dhitya.
“Aku.. aku.. aku sayang sama kamu,aku mau kamu jadi pacar aku”
Akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulut Dhitya,dan membuatnya semakin pucat,detak jantungnya semakin terasa begitu kencang dan nggak beraturan.
“Hmm.. hmm.. aku mau jadi pacar kamu,tapiiii..”
Jawaban Tiffany membuat Dhitya sedikit tenang,tapi sepertinya Tiffany nggak semudah itu untuk nerima Dhitya.
“Tapi apa”
Tanya Dhitya nggak sabar.
“tapi ada syaratnya,”
“Apa?”
Tanya Dhitya lagi dengan kening berkerut.
“Syaratnya,kamu harus foto bareng banci,pake tang top dan rok,gimana?”
Jawab Tiffany dengan tersenyum kecil karena merasa geli membayangkannya.
“Haaaaaa???? Fo..to bareng Banciii????”
Tanya Dhitya sepertinya Dhitya nggak percaya dengan syarat yang menurutnya begitu aneh,Tiffany hanya mengangguk dan masih tetap tersenyum. Oiya cowok yang terlihat Cool ini didepan cewek-cewek ternyata phobia ama mahkluk yang sering disebutnya “Alien” karena Dhitya pernah punya penggalaman khusus soal banci,Dhitya sangat membenci mahkluk satu itu,Dhitya lebih milih nggak makan ketimbang harus bertemu banci apalagi kalau sampai dandan kayak banci.
“Hmm.. kenapa? Kamu nggak mau ya??”
Tanya Tiffany dengan wajah yang lesuh sengaja memasang tampang manyun agar Dhitya mau melakukannya.
“Mmm.. nggak ada syarat lain ya?”
Tanya Dhitya dengan wajah aneh dan kembali ketakutan. Tiffany hanya menggelengkan kepalanya tapi masih dengan wajah manyunnya,yang membuatnya semakin terlihat imut.
Keduanya hanya diam dengan pikiran masing-masing,Dhitya menundukkan kepalanya sambil menimbang-nimbang apa dia harus melakukan syarat itu atau tidak,sedangkan Tiffany takut kalau Dhitya tidak mau melakukannya,karena ia pun tau Dhitya phobia banget dengan banci,Tiffany berharap Dhitya mau melakukan itu sebagai tanda bahwa ia serius dengan ucapannya tadi.
Tidak lama kemudian Dhitya bangkit dari tempat duduknya dan beranjak dari taman itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Tiffany memperhatikan langkah Dhitya,terlihat dari jarak beberap meter,Dhitya memasuki sebuah toko yang menjual beberapa pakaian cewek dan pakaian cowok. Tak lama kemudin Dhitya keluar dari toko itu dan membawa sesuatu di tangannya.
“Ntar malem kamu temenin aku ya? Untuk ngelakuin syarat itu”
Ujar Dhitya yang sedang berdiri disamping Tiffany,Tiffany beranjak dari tempat duduknya dan kembali tersenyum.
“Kamu mau?”
Tanya Tiffany seneng banget,Dhitya hanya mengganguk dan membalas senyum manis Tiffany. Saking senengnya Tiffany nggak sadar meluk Dhitya dengan raut wajah yang ceria banget,Sesaat Tiffany sadar dengan tingkahnya.
“Oops.. sorry”
Ujar Tiffany malu karena Dhitya memandangnya dengan heran dan tersenyum kecil.
“(Salting)”
Ucap Tiffany kecil saat ia membalikan badannya dan memukul bagian kepalanya,karena tlah bertingkah bodoh didepan Dhitya,tapi buat Dhitya itu bukan hal yang bodoh kok,tapi itu sesuatu yang lucu dan nambah satu point lagi kenapa Dhitya mau melakukan ituhanya karena satu alas an Cinta.
JJJ
Malam itu jam sudah hampir menunjukan pukul 22:00,Dhitya udah siap-siap sesuai dandanan yang ditentukan Tiffany kepadanya. Tiffany kaget melihat Dhitya dengan dandanan yang sumpah memalukan buat seorang Dhitya,Dhitya keluar dari kamar kecil dengan menggunakan tang top pink dengan wajah yang asem banget,Tiffany menyambutnya dengan wajah yang pengen ngakak nggak tahan ngeliet tampang Dhitya yang lucu banget dengan tang top yang super pink.
“Kamu cantik banget sih?”
Goda Tiffany,
“Udah jangan ketawa”
Tegur Dhitya ngeliet Tiffany ingin meledakkan ketawanya,Tiffany hanya menganggukan kepalanya,sedikit tertawa kacil.
“iya udah ayo,kita cari banci,”
Ajak Dhitya nggak ingin lama-lama dengan pakaian yang melekat ditubuhnya.
Mereka berjalan menyeberangi jalan raya mengelilingi taman tempat biasa banci nongkrong jika malam hari,butuh waktu setengah jam untuk Dhitya ngilangin rasa takutnya,sesekali ia menahan diri untuk nggak mendekat kebanci yang berdiri ditaman itu,tapi Tiffany slalu meyakinkannya kalau Dhitya bisa untuk ngelawan rasa takutnya.
Dhitya menarik nafasnya dalam-dalam,dan berjalan dengan langkah diperkecil,sesekali ia menolehkan pandangannya kebelakang melihat kearah Tiiffany yang sedang berdiri dan memberikanya support.
Semeter lagi Dhitya tepat berada didekat banci yang sedang berdiri dipinggir jalan menunggu pelanggan,dengan mulut yang sangat berat Dhitya mulai mengajak banci itu untuk foto bareng.
“Permisi mas”
Sapa Dhitya masih dengan wajah ketakutan dan debar jantung yang semakin nggak beraturan. Banci itu melihatnya dengan wajah yang sedikit sangar.
“Mas-mas,kamu fikir aku mas siomay?!!”
Bentak Banci itu dengan kasar kepada Dhitya,
“So..sorry,maksud aku mbak”
Ujar Dhitya semakin ketakutan.
“Hmm.. bo bo boleh foto bareng nggak mbak? Please..”
Pinta Dhitya lagi,dan memalingkakan pandangannya kearah Tiffany berdiri,Tiffany hanya membalasnya dengan senyuman sebagai tanda bahwa iya mendukung Dhitya.
“Boleh-boleh”
Jawab Banci dan membuat Dhitya berfikir,
“(Gila ni banci,narsis juga)”
Gumamnya dalam hati,setelah jeprat-jepret dapat beberapa foto,Dhitya langsung masang stand untuk lari sekencengnya.
“Heeeyy tungguuuuuu”
Teriak banci itu saat sedikit kaget melihat Dhitya tiba-tiba lari dengan sangat kencang.
“Makasiiiiiiiiiihh”
Teriak Dhitya tapi masih tetap berlari kearah Tiffany yang sedang ngakak melihat tingkah Dhitya yang kali ini super duper kocak dan gila bangetlah. Dengan sangat kencang Dhitya menarik tangan Tiffany dan mengajaknya lari bersamanya mencari tempat yang sedikit sepi dan jauh dari mahkluk terkutuk itu.
Akhirnya mereka mendapatkan tempat yang pas untuk ngobrol berdua dan jauh dari banci-banci tadi.
Ngos-ngisan saat mereka duduk disalah satu bangku yang ada tak jauh dari taman.
“Hahahahahaha… sumpah ini nggak bakal aku lupain Dhit”
Ujar Tiffany dan tawanya pun meledak. Dhitya dengan cepat melepas wig-nya dan tang top yang melekat ditubuhnya,dengan nafas nggak beraturan dan udah nggak pake baju apa-apa hanya menggunakan celana jean’s warna hitam ia bersujud di hadapan Tiffany dan memegang kedua tangn Tiffany,dan menarik nafas dengan sangat pelan,sesaat kemudian satu persatu kata-kata keluar dari mulut Dhitya,dan untuk kedua kalinya Dhitya mengatakannya kepada Tiffany.
“Akuu,udah ngelakuin syarat dari kamu,dan sekarang kamu mau nggak jadi pendamping hidup aku?”
Tawa Tiffany terhenti dan membalas tatapan tajam Dhitya yang tepat didepan wajahnya.
“Aku.. aku.. aku mau jadi pendamping hidup kamu”
Jawaban Tiffany kali itu membuat wajah Dhitya yang tadinya ngos-ngosan nggak jelas sekarang berubah menjadi wajah yang penuh dengan sejuta kebahagiaan,usahanya untuk mendapatkan Tiffany terhitung nggak sia-sia. Dan tepat tanggal 30 Maret mereka jadian.
JJJ
Nggak sabar rasanya Tiffany ingin menceritakan kejadian semalem kepada ke-4 sahabatnya,Tiffany dengan langkah yang cepat banget ia berjalan menaiki beberapa anak tangga,nggak sabar rasanya ingin berbagi kebahagiaan itu dengan sahabat-sahabat tercintanya,samapinya Tiffany dikelas dia tidak melihat batang idung Kasturi,Helen,Mala bahkan Putry,mereka tidak terlihat disetiap sudut kelas. Tiffany duduk disalah satu bangku sambil menopang dagunya dengan wajah yang sedikit manyun dan binggung karena tumben banget ke-4 sahababtnya belum nonggol dikelas,padahal jam hamper nunjukin jam 08:00 pagi itu aka nada dosen yang masuk kelas mereka, hampir 15 menit Tiffany menunggu akhirnya satu persatu sahabatnya nonggol depan pintu kelas mereka dan senyum Tiffany pun mekar saat melihat ke-4 sahabatnya kahirnya memasuki ruang elas,belum sempat Tiffany menceritakan hal yang membuatnya bahagia,Dosen sudah melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas dan siap untuk memberikan beberapa bahan untuk tugas mereka.
“Fiuuuhh.. akhirnya tuh dosen keluar juga”
Gumam Tiffany danmenolehkan pandangannya kearah teman-temannya.
“Tif,lo kemana aja sibuk sendiri tiep hari”
Ujar Putry tiba-tiba.
“Santai-santai,ntar gua cerita kok,pada tarik nafas dulu”
“Apa sih,pake pemanasan sgala,”
“Hahaha.. sabar neng”
Goda Tiffany mulai keluar lasaknya.
“Intinya.. gua udah jadian sama Dhitya!!!”
Seru Tiffany dengan semangat 45 yang membuat semua orang dikelas memperhatikan mereka.
“Tiff duduk!”
Suruh Helen yang kaget liet Tiffany berdiri tiba-tiba. Tiffany kembali duduk dengan wajah malu banget,karena teman-teman sekelsnya mulai tertawa melihat tingkah Tiffany yang makin aneh.
“Jadi lo udah jadian ama Dhitya?”
Tanya Mala,Tiffany hanya mengangguk dan tersenyum.
“Tanpa lo kenalin kekita dulu?”
Tanya Kasturi dengan alis berkerut. Seketika wajah Tiffany berubah jadi manyun,sepertinya kali ini Kasturi salah nanya.
“Maaf Tif,selamat deh,”
Sambung Kasturi dan langsung memberikan selamat kepada Tiffany. Helen mala dan Putry juga ikut memberikan selamat,agar Tiffany kembali bersemangat dan nggak merasa tidak menghargai ke-4 sahabatnya.
Cinta Tiffany ke Dhitya semakin besar semenjak Dhitya mau melawan rasa takutnya dan mau ngelakuin apa yang diminta Tiffany kemarin,Tiffany semakin yakin Dhitya lah orang yang tuhan kirim untuk menemani hari-harinya seperti Randy dimasa lalu.
Dhitya pun begitu ia merasa Tiffany lah orang yang tuhan kirim untuk mengembalikan semua kebahagiaan yang telah lama nggak bisa ia rasakan. Rasa itu semakin kuat saat Tiffany mau ada dihidup Dhitya menemaninya dalam susah atau senang.
JJJ
Tepat 14 hari dan sudah tepat 1 minggu Tiffany dan Dhitya jadian,sepertinya nggak ada masalah sedikit pun,Dhitya dan Tiffany sangat bahagia dan begitu menikmati hubungan mereka dengan tawa,canda,yang hampir tiep hari mewarnai perjalanan kisah mereka.
Malming tiba,malam yang paling disenangi parah adam dan hawa yang ingin menikmati malam berdua,ketempat yang disenangi. Dan malam itu Dhitya dan Tiffany berjalan-jalan mengintari berbagai wahana mainan di Time Zone,seru banget bisa melewatkan malam minggu bareng pacar. Langkah kedua sijoli ini pun terhenti disalah satu café n resto yang berada tepat dilantai dasar Mall tersebut. Keduanya duduk dan mesan minuman dan makanan kecil,Dhitya menggenggam tangan Tiffany dan tersenyum kepadanya,Tiffany juga demikian ia membalas senyum manis Dhitya dengan pebuh kebahagiaan.
“Aku mau Tanya dong?”
Ujar Dhitya sambil mengangkat keningnya,
“Hmm Tanya apa?”
“Selama 2 minggu ku disini apa yang kamu liat tentang aku? Aku gimana gitu orang?”
“Hemm.. kamu itu orangnya baek,perhatian,lucu,tapi sedikit pendiam plus cuek banget,dan satu lagi,kamu orangnya nggak romantic ah,”
“Oya?? Nggak romantic? Hmm.. ya ya tapi ku emang gini orangnya”
“Iya jelek ku terima kamu apa adanya kok”
“Aku akan coba ubah itu semua,buat kamu peri kecil,”
Keduanya pun tersenyum dengan penuh kebahagiaan,Dhityacoba menyeimbangkan sikapnya yang pendiam dan tetutup dengan sikap Tiffany yang berbeda 180 derajat dari Dhitya,Tiffany lebih seneng dengan orang yang rame dan bisa diajak gokil-gokilan bareng. Tapi keduanya bisa saling melengkapi dan saling mengerti dengan sifat masing-masing walaupun mereka berbeda selisi umur.
Tiba-tiba disaat mereka sedang asyik ngobrol,makan dan bercanda,tiba-tiba Dhitya merasa pusing dan membuat Tiffany sedikit panik.
“Kamu kenapa?”
Tanya Tiffany panik,Dhitya hanya diem tanpa menjawab pertanyaan Tiffany,
“Kita pulang yuuk,”
Ajak Dhitya dengan suara sedikit pelan,Tiffany langsung membantu Dhitya untuk bangkit dari tempat duduknya dan masih tetap membantu Dhitya untuk berjalan keluar dari Resto tersebut.
“Kamu balik lebih dulu aja gih,nanti aku pulang sendiri”
Ujar Dhitya saat mereka sedanhg berdiri menunggu Taxi,
“Loh,tapikan kamuu”
“Nggak apa-apa,aku bisa pulang sendiri,kamu hati-hati dijalan,udah larut malem loh”
“Bener nggak apa-apa kamu ku tinggal?”
Tanya Tiffany memastikan,
“Iya periku”
Jawab Dhitya dan tersenyum agar Tiffany yakin bahwa dirinya baik-baik saja.
Akhirnya Dhitya berhasil meyakinkan Tiffany bahwa dirinya baik-baik saja,Tiffany lebih dulu pulang dan meninggalkan Dhitya seorang diri dipinggiran jalan. Sesekali Dhitya menengok kearah jam 3 meninggu taxi melintas kearah yang ingin ditujunya. Tidak begitu lama Dhitya berdiri,sebuah taxi berwarna putih disetopnya dan Dhitya langsung menaiki Taxi itu dan ternyata kenapa Dhitya menyuruh Tiffany untuk pulang lebih dulu Dhitya ingin pergi kesuatu tempat dan tempat itu adalah tempat praktik seorang dokter,Dhitya bukan selingkuh dengan seorang Dokter tapi dia ingin konsultasi dengan kondisinya sekarang dengan penyakit yang dideritanya sekarang. Sebisa mungkin Dhitya menutupi penyakit yang dideriyanya agar Tiffany tidak mengetahuinya,sudah sekian tahun Dhitya mengidap kanker darah,ia menutupinya karena ia nggak ingin Tiffany terlihat sedih apalagi kalau sampai membuat Tiffany khawatir dan merepotkan Tiffany,ia hanya inigin memberi kebahagiaan yang pantas untuk Tiffany dapat darinya, tak ingin ada air mata yang mewarnai perjalana n kisah mereka,Dhitya nggak mau kalau sampai membuat Tiffany meneteskan air mata unuk sesuatu yang tak penting menurutnya.
Malam itu Dhitya duduk disebuah kamar hotel yang sudah dibukingnnya untuk beberapa hari kedepan untuk menjadi tempat ia beristirahat. Dhitya menulikan sesuatu disebuah kertas sambil memandang foto Tiffany yang dibingkainya,Dhitya tersenyum tanpa disadari air matanya tetes demi tetes jatuh dipipinya. Dhitya sangat takut dengan perkataan dokter tadi,Dhitya takut jika nanti ia pergi siapa yang akan menggantikan dirinya dihati Tiffany,Dhitya takut banget apa yang nggak diingin jadi kenyataan,Dhitya nggak mau hanya memberikan kebahagiaan sesaat untuk orang yang dicintanya,buat Dhitya Tiffany begitu berharga untuknya,karena Tiffany lah yang buat Dhitya kembali bangkit dari semua masalah hidup yang dihadapinya semenjak ibunya kembali kesisi Allah SWT. Dhitya yakin Tiffany lah orang yang paling mampu mengerti apa yang Dhitya inginkan,Dhitya slalu berharap Tiffany lah irang terakhir yang mengisi hari-hari Dhitya,Dhitya sering menceritakan tentang Tiffany kepada Ibunya,walaupun ibunya hanya sebongkah tanah dan nggak bisa lagi untuk mengeluarkan sepatah kata pun,Dhitya yakin ibunya setuju dengan pilihannya.
Malam yang penuh dengan taburan bintang,dan membuat hati Tiffany terasa tenag karena ia yakin diantara bintang-bintang itu pasti ada salah satu bintang yang bersinar untuknya,Tiffany slalu yankin bahwa diantara bintang-binta itu ada Randy yang melihatnya dari atas sana bersinar untuknnya,untuk menemaninya dimalam yang penuh dengan kegelapan. Malam itu Dhitya mengajak Tiffany kesebuah bukit dikota itu,Dhitya mengetahiu tempat itu menjadi tempaty favorit Tiffany,Dhitya mencari-cari informasi kepada empat sahabat Tiffany,yang jelas tau banget apa pun itu tentang Tiffany. Saat Tiba dibukit itu Tiffany memandang Dhitya dengan pandangan heran,dan bertanya-tanya dalam hati,dari mana Dhitya tau ini tempat ini menjadi tempat favoritnya untuk menyendiri.
“Kok ngelietin aku kayak gitu?”
Tanya Dhitya yang juga mulai heran,
“Kamu tau dari mana tempat ini?”
“Untuk apa punya sahabat kalau mereka nggak tau tentang kamu”
“Kamu Tanya kesahabat-sahabat aku,”
“Yaa”
“Tapi kan kamu nggak kenal mereka,aku bahkan belum pernah kenalin kamu kemeraka,”
Masih dengan wajah heran,
“Facebook,ku kenal mereka disitu,”
“Ihh,dasar”
“Udah deh,yang penting kamu senangkan kesini nggak sendiri lagi,”
Tiffany tersenyum mendengar perkataan Dhitya yang membuatnya nyaman berada didekat Dhitya diatas sebuah bukit. Kemudian Dhitya menarik tangan Tiffany dan dirangkulnya dengan penuh kehangatan,Dhitya kembali menatap kedua mata Tiffany rasanya Dhitya ingin mengucapkan kata maaf dan semakin Dhitya menatap mata Tiffany semakin sulit rasanya Dhitya menahan air mata yang sejak tadi nggak sabar ingin keluar. Mata Dhitya semakin terlihat berkaca-kaca,sekuat tenaga Dhitya berusaha agar air matanya tidak jatuh walaupun setetes. Perasaan yang semakin terasa kuat dihati Dhitya membuatnya nekat untuk mendaratkan satu kecupan dikening Tiffany,hangat pelukan Dhitya membuat Tiffany semakin nggak ingin lepas dari pelukan Dhitya. Beberapa saat kemudian Handphone Dhitya berdering,Dhitya melepaskan pelukannya,dan menggambil Handphone-nya dari dalam sakunya.
(Calling Dr.Budiono)
Dhitya sedikit panic takut menganggkat telfon dari dokter yang kemarin memeriksa kondisinya,Dhitya panik karena takut Tiffany menanyakan sesuatu yang Dhitya sembunyikan darinya. Dhitya sedikit menjauh untuk menerima telfon dari dokter tersebut.
5 menit berlalu Dhitya kembali mendekatkan langkahnya kearah Tiffany yang sedang berdiri menunggunya.
“Kamu nerima telephone dari siapa?”
“bukan siapa-siapa kok”
“Bukan siapa-siapa tapi kok kayak ngumpet gitu nerima telephonenya?”
“Suer,bukan siapa-siapa,”
Tiffany nggak mengeluarkan satu kalimat pun,mulai telihat diraut wajah Tiffany tampang-tampang bad mood.
“Jangan manyun gitu ah,liet deh tuh bintangnya bagus banget,”
Rayu Dhitya berusaha membuat Tiffany nggak terlihat BT. Akhirnya Dhitya berhasil sedikit membuat Tiffany tersenym kecil.
Dhitya memeluk Tiffany dari belakang,hembusan nafas Dhitya dapat Tiffany rasakan berhembus dengan lembut ditelinga Tiffany,begitu nyaman rasanya buat Tiffany berada dipelukan Dhitya,ingin rasanya semua itu selalu dapat ia rasakan.
“Sepertinya aku belum pernah beliin kamu sesuatu”
Ujar Dhitya sedikit serius,tampang Dhitya emang bukan tampang orang yang suka bercanda,kepribadiannya memang sejak dulu terlihat begitu serius karena tatapan matanya yang sedikit tajam. Tiffany tidak membalas apa-apa karena takut salah ngomong,Tiffany hanya diam sambil berfikir apa yang harus ia lakukan,tapi sebelum Tiffany dapat sesuatu yang harus ia lakukan,Dhitya menarik tangan Tiffany dan membawanya berjalan seperti ingin mencari sesuatu,tapi ternyata tidak. Dhitya membawa Tiffany kesuatu tempat yang Tiffany sendiri pun baru kali itu pergi ketempta yang lumayan sedikit seram karena berda diketinggian,tapi ia tidak begitutakut karema ia selalu merasa nyaman kalau berada disamping Dhitya,ia yakin Dhitya pasti melindunginya. Keduanya hanya tediam dan memandang kelangit yang sebentar lagi akan gelap[,satu demi satu cahaya bintang bersinar disana,dan akhirnya gelap ya gelap. Kegelapan sangat membuat Tiffany ketakutan,nafasnya terasa sesak saat itu berada dikegelapan tapi kali ini Tiffany masih bisa mengatur nafasnya karena ia yakin “Aku punya Dhitya”.
Dhitya mengeluarkan sebuah korek api dari dalam saku celananya,ia menyalakannya dan berjalan kesatu arah,dimana tempat itu ada sebuah dinding berukuran besar dan sebagian tertutup oleh tirai,itu tidak menyita pandangan Tiffany,dan nggak berfikir kalau ada sesuatu dibalik tirai itu. Dhitya membukanya dan menyalakan beberapa lilin yang sudah disediakannya,sepertinya ini surprise untuk peri kecilnya. Di dinding itu tertulis “MY LITTLE FAIRY IS TIFFANY” Jika diperehatikan tulisan itu merupakan kumpulan dari beberapa bintang yang memang tersedia dibeberapa toko bahkan mall yang menjual hiasan kamar,tapi kali ini Dhitya membuat itu disebuah gedung tua yang sepertinya itu sisa sebuah gedung yang tebakar beberapa tahun lalu,entah bagaimana Dhitya bisa menemukan gedung itu dan membawa Tiffany kesana. Tulisan itu membuat Tiffany kaget,kerlap kerlip bintang itu sangat indah,Dhitya bernafas legah dan memberikan isyarat dengan kedua tangannya memanggil Tiffany agar mendekat kepadanya. Tiffany berjalan mendekat kearah Dhitya tapi pandangganya masih tertuju pada dinding yang penuh dengan cahaya bintang. Rasa haru kini menyelimuti perasaannya,rasanya Tiffany ingin menangis karena baru kali ini ada seorang cowok yang melakukan hal seperti itu kepadanya. Dhitya yang terlihat dingin dan pendiam ternyata bisa melakukan sesuatu untuk mebuat Tiffany nggak akan bisa tidur semaleman.
“Kamu seneng?”
Tanya Dhitya sambil tersenyum kecil,tiffany hanya mengganggukan kepalanya,entah apa yang harus ia katakan dan bingung banget harus ngomong seperti apa kepada Dhitya,dan ini sangat menakjubkan untuknya.
Dhitya berjalan melangkahkan kakinya sedikit bergerak kearah kirinya,menempatkan tubuhnya tepat dibelakang Tiffany. Dhitya memegang tangan kanan Tiffany,perlahan Dhitya mengangkat setinggi bahu tangan kanan Tiffany,dan memegang jari telunjuk Tiffany mengarahkannya kedepan dan seakan akan membuat tulisan yang abstak diatas udara,Dhitya mengarahkan jari Tiffany untuk membuat sebuah garis panjang dengan sebuah titik diatasnya “I” dan kemudian Dhitya seakan menggambarkan sebuah “ “ dan membentuk sebuah huruf melengkung dan itu adalah “u”. jika digabungkan itu menjadi sebuah kalimat sederhana yaitu “I LOVE YOU”. Lagi-lagi Tiffany tersenyum ,tidak dapat membayangkan apa yang baru saja Dhitya lakukan kepadanya sesuatu yang aneh tapi unik. Tiffany senang dengan keadaan seperti ini. Dhitya slalu tahu apa saja yang bisa buat peri kecilnya tersenyum saat berada didekatnya.
“Ini lebih dari barang apa pun yang pernah aku miliki,Indah”
Akhirnya Tiffany mengeluarkan beberapa kalimat yang membuat Dhitya tersenyum,karena usahanya mampu membuat Tiffany semakin bahagia.
Tepat jam 04:30 Am,dikamar Hotel yang berada dilantai 7,seorang laki-laki sedang duduk memandang keluar jendela,sambil menundukan kepalanya,sesekali ia memejamkan matanya dan sesekali dibukanya lagi,dan orang itu,Dhitya. Ya Dhitya. Dhitya memegang sebingkai foto,yang terdapat sebuah gambar seperti sebuah grhapic yang sedikit sempurna hanya seperti coretan tangan,seperti seseorang yang hanya iseng menggambarnya,tapi foto itu berarti buat Dhitya,karena Tiffany yang memberikan itu kepadanya,terlihat gambar tersebut seperti sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang berciuman,gambar laki-laki itu adalah Dhitya dan perempuannya nggak lain adalah Tiffany sendiri.
Dhitya dengan kuat menggenggam bingkai foto berwarna merah tua itu,Dhitya memandanginya dengan sangat lama,berusaha agar air matanya tidak jatuh,tapi tetap Dhitya nggak sanggup untuk menahanya,dan pada akhirnya tetes demi tetes air matanya jatuh tepat di kedua pipinya. Dhitya berusaha untuk mengatakan sesuatu tapi ia mengatakan itu kepada dirinya sendiri. Berusaha berusaha berusaha dan berusaha,tapi tetap saja Dhitya nggak sanggup,kemudian ia menatap dengan lirih foto yang ada dihadapanya,Dhitya tersenyum dan melap beberapa Tetes air matanya yang tak sengaja jatuh membasahi beberapa titik foto itu. Dhitya memutuskan dihari ke 20 iya menjalani hubungan dengan Tiffany,ia mencoba untuk meyakinkan dirinya agar bicara yang sejujurnya kepada Tiffany,walau Dhitya tau ini akan buat Tiffany sakit,tapi Dhitya nggak mau terlalu lama menyembunyikan soal kanker darahnya,lambat laun Tiffany pasti akan tau juga walau ia berusaha untuk menutupinya.
Dhitya slalu berusaha untuk membuat Tiffany tersenyum dan bahagia,tapi kali ini Dhitya harus rela membuat Tiffany sedih,sebenarna bukan itu yang Dhitya inginkan tapi mau tidak mau Dhitya harus melakukannya. Tiffany harus tau semuanya,itu tekat Dhitya hari ini dan saat bertemu Tiffany,Dhitya harus terima kenyataan entah Tiffany akan meninggalkannya atau tidak.
Pagi itu Dhitya menyuruh Tiffany agar datang mengunjunginya dihotel,karena Dhitya lagi nggak enak badan nggak bisa berdiri,tubuhnya lemah,dan mata tajamnya mulai terlihat lemah,wajahnya pucat,tubuhnya dingin,dan bibirnya pun sangat terlihat pucat. Pagi itu Tiffany datang dengan membawakan sarapan,bubur kacang ijo kesukaan Dhitya dan beberapa kemasan susu dalam sebuah kantong kresek berwarna putih. Tiffany tidak membawa obat karena takut Dhitya salah mengkonsumsi obat karena Tiffany belum tau Dhitya sebenarnya sakit apa,tapi dari tadi Tiffany hanya terpikirkan dengan demam yang biasanya diderita orang-orang pada umumnya kalau kecapean.
Tiffany memasuki kamar yang berada dilantai 7 tidak jauh dari sebuah Lift,Tiffany masuk tanpa mengetuk lebih dulu,ia melihat seorang laki-laki terbaring lemah tapi tetap berusaha tersenyum menyambut kedatangannya. Tiffany pun membalas senyum tanpa gairah itu. Dhitya memberi isyarat dengan tangan kananya,menyuruh Tiffany agar mendekat dan duduk disebelahnya. Dhitya berusaha untuk duduk tapi Tiffany menyuruhnya untuk tetap berbaring dengan posisi awalnya,Dhitya hanya menurut saja dan menghela nafas pendek. Tiffany mencoba membuka satu persatu bawaannya. Tiffany menancapkan pipet minuman kesalah satu minuman yang dibawanya,dan menyororkannya kemulut Dhitya,dengan pelan Tiffany memasukannya kemulut Dhitya,teguk demi teguk susu itu masuk ketenggorokan Dhitya,hingga entah masuk kebagian tubuh mana lagi. Tiffany meletakan susu tersebut dan mengambil semangkuk bubur kacang ijo disebuah meja kecil yang tepat berada disebelah tempat tidur Dhitya. Belum sesendok pun bubur itu masuk kedalam mulut Dhitya,Dhitya langsung memegang tanga Tiffany dengan lembut Dhitya menaruh kembali mangkuk yang sedang dipegang Tiffany.
Dengan tatapan lirih Dhitya memberanikan diri untuk menatap kedua mata Tiffany,Tiffany memandang Dhitya dengan tatapan heran dan kening mengerut,dalam pikirannya apa lagi yang Dhitya akan lakukan dengan keadaan seperti itu,apa Dhitya akan melakukan sesuatu yang lebih mengejutkan dari malam itu? Tiffany nggak henti bertanya-tanya dengan sejuta pertanyaan dikepalanya,ternyata Tiffany salah,Dhitya tidak melakukaan apa-apa tapi mungkin yang akan Dhitya katakana yang akan membuat Tiffany lebih terkejut dari surprise digedung tua itu.
“Peri,aku ingin mengakui sesuatu”
Gumam Dhitya masih dengan tatapan yang sangat lirih,tatapan mata yang biasanya tajam dan begitu sedikit mengerikan kali ini tatapan itu melemah. Seperti bukan Dhitya yang dulu Tiffany kenal.
“Aku mengidap kanker otak stadium akhir,”
Sedikit lega yang dirasakan Dhitya,karena sudah jujur,Dhitya merasa takut ia menundukan kepalanya dan tangannya perlahan dilepaskannya dari tangan Tiffany.
Tiffany tidak merespon apa pun tapi terlihat diraut wajahnya,wajah yang mulai lesu dan hilang semangat.
“Peri”
Panggil Dhitya pelan,berusaha untuk mengangkat wajahnya yang tadinya tertunduk karena takut dengan pengakuan yang baru saja dilakukannya. Dhitya kembali menatap wajah Tiffany dengan hati-hati Dhitya mendekatkan kepalanya memperhatikan inci demi inci raut wajah Tiffany. Dipipi Tiffany sudah menetes air mata,Dhitya mengangkat tangan kanannya dan menghapus air mata yang mengalir dipipi Tiffany.
“Maaf”
Satu kata lagi keluar dari mulut Dhitya,tapi Tiffany tetap tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tiffany hanya diam tanpa mengucapkan apa-apa. Dhitya pun terdiam bingung mau ngomong apa dengan suasana yang sangat tidak mendukung. Dhitya pasrah jika Tiffany akan meninggalkannya.
Cukup lama mereka terdim dengan fikiran masing-masing. Akhirnya Tiffany mengangkat kepalanya,dan melap sendiri air mata dipipinya,dan Tiffany coba untuk tetap tersenyum,Dhitya yang melihat senyum itu pun ikut tersenyum,Dhitya berharap itu jawaban bahwa Tiffany tidak akan meninggalkannya.
Tiffany kembali mengambil mangkuk yang berisi bubur dan menyuapinya keDhitya,Dhitya cukup legah,tapi sedikit bertanya-tanya kenapa Tiffany seperti tidak ingin tau soal penyakitnya,kenapa Tiffany nggak Tanya kenapa Dhitya bisa terkena kanker otak,sama sekali Tiffany tidak menanyakan apa-apa. Dhitya coba untuk membaca situasi sekarang,Dhitya tidak lagi mengatakan apa-apa kepada Tiffany,dengan santai Dhitya tetap melahap bubur kacang ijo yang dibawakan Tiffany untuknya.
Siang itu dikelas Tiffany terlihat lemas,beberapa kali sahabat-sahabatnya menanyakan keadaannya,Tiffany hanya menggelengkan kepalanya,sebagai isyarat bahwa dirinya tidak apa-apa,tapi tetap saja keempat sahabatnya khawatir dengan Tiffany. Karena nggak seperti biasanya Tiffany terlihat cemberut. Beberapa kali Puti meraba suhu tubuh Tiffany,tapi sepertunya Tiffany tidak sakit,dan merekan coba menarik kesimpulan kalau ini ada hubungannya dengan Dhitya. Putri,Helen,Mala dan Kasturi membicarakan soal Tiffany,mencari-cari penyebab kenapa Tiffany diem hari ini,mereka coba menghubungi Dhitya via situs pertemanan yang ada diinternet,karena tak satu pun dari mereka memiliki nomor ponsel Dhitya. Mereka memutuskan untuk menghubungi menanyakan apa yang terjadi diantara mereka. Sejam dua jam dan akhirnya lima jam,belum ada juga balasan apa-apa dari Dhitya. Sabar sabar dan sabar,beberapa kali Putri mencoba untuk Online memastikan kalau Dhitya sudah membalas inbox darinya. Sampai malam pun tiba,Putri coba lagi untuk Online,dan kali ini tidak sia-sia,Dhitya membalas inbox itu dengan singkat.
“(kami baik-baik aja,)”
Putri membacanya dengan kening berkerut,sedikit kesal,karena Putri sudah panjang lebar mengirim inbox malah balesnya hanya kayak gitu. Putri langsung Offline lagi dan menutup laptopnya. Denagn cepat ia menghubungi Kasturi,memberitahukan soal balasan inbox dari Dhitya. Tapi Kasturi tidak menjawab panggilan Putri,dan nggak lain pasti dia sudah berada dialam mimpi,kebiasaan.
Weekand..
Pagi itu Putri mencoba menghubungi Kasturi,coba untuk memberitahu lagi,tapi Kasturi tetap belum menjawab telephone-nya,Putri memutuskan untuk menghubungi Helen,mungkin saja Helen akan menjawab Telephone-nya.
Tuuut.. tuuut..
“Hallo”
Sapa Helen saat mengangkat handphonenya. Tanpa basa basi Putri langsung membuat janji untuk bertemu dan membicarakan masalah Tiffany. Saat mereka bertemu. Mereka tidak mendapatkan cara untuk membujuk Tiffany agar menceritakan masalahnya,dan jalan satu-satunya adalah diam. Ya diam menunggu sampai Tiffany yang akan menceritakan masalahnya. Ternyata wajah cemberut itu nggak bertahan lama,dua hari keempat sahabat itu nggak bertemu dengan Tiffany,dan ternyata wajah kusam itu sudah berubah menjadi cerah seperti biasanya. Mungkin Tiffany sudah menyelesaikan masalahnya,pikir keempat sahabatnya,dn nggak perlu lagi untuk bertanya kejadian apa yang menimpa Tiffany beberapa hari yang lalu. Tapi tiba-tiba saat pulang kuliah,Tiffany mengajak Puti untuk makan siang disalah satu Resto yang berada didepan kampus mereka,tapi Tiffany nggak mengajak Helen,Mala,ataupun Kasturi. Sepertinya mereka akan membicarakan sesuatu yang begitu penting,tapi siang itu ternyata nggak hanya mereka berdua saja,diresto itu sudah menunggu seorang laki-laki yang belum dikenal Putri,dan ternyata cowok itu adalah Dhitya yang nggak lain adalah pacar Tiffany. Dari arah barat Dhitya melihat Tiffany memasuki Resto tersebut,dengan cepat Dhitya coba untuk melambaikan tangannya dan mengumbarkan senyum dibibbir tipisnya. Tiffany membalas lambaian itu dan tersenyum kecil kearah Dhitya. Putrid hanya mengikuti langkah Tiffany Karen tidak tau menau kenapa Tiffany membawanya untuk bertemu seorang cowok yang belum dikenalnya. Saat sampai dimeja nomor 5 Dhitya mempersilahkan mereka untuk duduk dan tidak lupa juga Tiffany memperkenalkan Dhitya kepada sahabatnya Putri.
Putry anak seorang dokter,dan Tiffany ingin memperkenalkan Dhitya kepada Putry dengan tujuan ayah Putry yang seorang dokter bisa membantu Dhitya. Dhitya hanya tersenyum saat mendengar cerita Tiffany yang ingin membantu Dhitya sembuh dari penyakit yang dideritanya selama bertahun tahun.
Dhitya mengelus-ngelus kepala Tiffany sambil tersenyum dan berkata,
“Aku hargain usaha kamu,kali ini peri makin bisa ya buat orang ketawa plus terharu”
Ujar Dhitya masih tersenyum kecil,Tiffany melihatnya dengan tampang bingung,dan nggak ngerti dengan maksud Dhitya,
“Udah ya peri kecil ku,ini itu emang udah jalannya,dan aku nggak mungkin sembuh,”
“Kok gitu ngomongnya? Yang penting kan kita usaha dulu,sembuhnya entar,setiap usahakan pasti ada hasil,”
“Iya aku tau itu,tapi percuma semua dokter pasti akan jawab hal yang sama peri kecil ku,”
“kamu nggak mau bareng aku trus?”
Tanya Tiffany dengan mata yang mulai berkaca-kaca,tapi Dhitya hanya tersenyum dan masih tetap mngelus-ngelus kepala Tiffany dengan lembut,
“Aku nggak akan ninggalin peri kecil sendirian,kita akan sama-sama terus,”
“Kenapa kamu bisa yakn gitu?”
“Karena masih ada tuhan,”
Jelas Dhitya dan menatap Tiffany dengan penuh rasa optimis dimatanya,berusaha meyakinkan Tiffany. Tapi tetap saja respon Tiffany masih dengan wajah yang lemas,karena ia tau Dhitya hanya berusaha untuk menghiburnya.
“Putri,kamu jadi saksi ya dengan omongan aku tadi,kalau aku nggak aka ninggalin Tiffany sedirian,aku janji”
Putri hanya menganguk nggak tau mau ngomong apa dengan situasi seperti itu.
Tiffany hanya takut kehilangan Dhitya, itu yang membuat Tiffany ingin Dhitya sembuh dan bisa sama-sama terus,tapi itu sepertinya sulit,Tiffany hanya bisa berharap Dhitya bisa pegang omongannya barusan. Tiffany mencoba menarik nafas dan berfikir positif,dan yakin bahwa Dhitya tidak akan meninggalkannya.
Pagi pukul 10:00 AM
Dhitya mempersiapkan dirinya untuk pergi bersama Tiffany. Hari ini Dhitya sudah berjanji akan mengajak Tiffany jalan-jalan.
Ini hari ke 29 mereka menjalin hubungan, Dhitya terlihat begitu bersemangat dihari ini. Dhitya bercermin dan tersenyum melihat bayangannya dicermin,sesekali ia merapikan pakaiannya dan rambutnya,dan sesekali ia menghela nafas panjang,entah apa yang ada dalam pikiran Dhitya.
Dhitya melangkahkan kakinya keluar dari penginapan tepat ia menginap selama berada dikota Medan.
Tiffany duduk diLobby airport menunggu kedatangan seseorang,
Cowok yang sudah hamper setahun kenal dengannya tapi tak pernah bertatap muka dengannya,dan sekarnag inilah saatnya.
Dengan sabar Tiffany menunggu duduk sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya,sesekali dia melihat jarum jam ditangan kirinya.
Tiffany melirik kesalah seorang yang sedang berjalan melewati sebuah pintu masuk.
“Kata Dhitya dia pakai kaca mata item,jacket hitan dan bawa tas warna merah”
Gumam Tiffany dalam hati,
Tiba-tiba Tiffany sadar bahwa cowok yang berjalan tadi adalah orang yang sedang ditunggunya,
“Itu dia!!”
Sorak Tiffany bangun dari tempat duduknya dan berlari menuju arah pandanganannya tadi,
“Heeey tungguuuuu!! Dhitya!!”
Teriak Tiffany saat mendekati cowok yang terlihat begitu cool,
Cowok itu membalikkan badannya,dengan sangat pelan ia melepaskan kaca matanya,dan mengerutkan keningnya melihat seorang cewek yang berpenampilan sangat sederhana dan terlihat sangat manis dengan rambut digurai dan menggunakan bandana berwarna putih dikepalanya.
“Kamuuuuu”
Dhitya coba menebak,
“Aku Tiffany”
Sambil memperlihatkan senyum manisnya,.
“iyaa,hmm.. aku Dhitya”
Ujar Dhitya sambil menjulurkan tanganya,dan menatap kedua mata Tiffany dengan sangat dingin dan membuat Tiffany sedikit salting.
“Udah lama nunggu ya?”
“Hmm.. lumayan”
Jawab Tiffany gugup karena baru kali ini ketemu cowok sekeren Dhitya yang membuatnya salting setengah mati. Kedunya melangkahkan kakinya menuju pintu keluar Air Port. Tiffany menenggok kekanan dan kekiri mencari cari Taxi,akhirnya dapat juga,keduanya pun masuk kedalam taxi. Mereka mencari-cari hotel tempat untuk Dhitya beristirahat selama berada dikota medan.
Setelah hamper sejam mengelilingi kota medan,akhirnya mereka mendapat penginapan yang lumayan dekat dengan rumah Tiffany.
Dhitya Putra Pranata,begitu nama lengkap cowok yang sekarang duduk dibangku mahasiswa semester 4,cowok yang berkulit putih dan campuran chines indo ini lebih dikenal dengan panggilan Dhitya,tampangnya yang cool membuat cewek-cwek penasaran dengan kepribadian cowok yang menjadi capten team basket dikampusnya,Dhitya anak ke-2 dari 3 bersaudara,kakak dan adiknya berdomisili dinegeri sakura. Semenjak umur Dhitya 14 tahun kedua orang tuanya telah berpisah alias broken home,Dhitya tinggal bersama ibunya sedangkan ayah-nya telah mempunyai keluarga baru,itu yang membuat Dhitya sedikit pendiam dan sangat tertutup,tetapi semenjak ia mengenal seorang perempuan yang bernama Tiffany,Dhitya bisa seperti biasa tersenyum,tertawa karena humor cewek yang slalu membuatnya terlihat bahagia,walau sebenarnnya Dhitya sedikit tertekan dengan kondisi keluarganya.
Tiffany,cewek yang mempunyai rambut panjang dan lurus ini mempunyai nama lengkap Tiffany Alessandra Winata cewek yang sekarang menjadi mahasiswa Phisikologi disalah satu universitas negeri dikota Medan.
Tiffany mempunyai 4 orang sahabat mereka kenal semenjak sama-sama masuk diSMA swasta.
Tiffany mempunyai sifat yang penyayang,lucu,humoris,baek,perhatian dan sedikit lasak alias gokil,dengan sifatnya sedikit kekanak-kanakan ternyata membuat cowok super cool terpesona karenanya.
Semenjak Tiffany mengenal Dhitya mereka mempunyai nama panggilan sayang masing-masing,Tiffany sering menyebut Dhitya dengan panggilan “Jelek” dan Dhitya lebih senang memanggil Tiffany dengan sebutan “Sepek” yang berarti Pesek hanya saja Dhitya sedikit membalik kata-kata itu,Dhitya memanggilnya seperti itu bukan tanpa sebab,nama itu ada karena memang Tiffany memiliki hidung yang kurang mancung yang dikenal dengan sebutan Pesek,buat Tiffany itu tidak begitu buruk,Tiffany malah terbiasa dengan panggilan itu,dan Dhitya juga sering menyebut Tiffany sebagai Little Fairy,karena Dhitya yakin Tiffany adalah peri kecil yang bertugas untuk menghiburnya dari sederetan masalah yang dihadapinya.
“udah waktu makan siang nih,gimana kalau kita makan siang bareng dicafe Hotel ini?”
Tawar Dhitya kepada Tiffany setelah selesai Cek-in.
“Boleh juga,yuk”
Ujar Tiffany menyetujui ajakan Dhitya.
Mereka kembali berjalan menuju cafe hotel dan memesan makanan dan minuman kesukaan masing-masing.
Kedunya mengobrol banyak tentang kesan mereka saat bertemu,seperti biasa Tiffany paling bisa membuat Dhitya tertawa.
“Aku seneng ketemu kamu sepek”
Ujar Dhitya sesaat setelah mereka selesai ketawa ketiwi bareng,Tiffany hanya membalasnya dengan senyuman.
Hari itu menjadi hari yang menyenangkan buat Tiffany dan Dhitya,mereka sangat menikmati hari itu,pertemuan yang nggak akan pernah terlupakan.
JJJ
Pagi yang cerah membuat Tiffany bersemangat untuk memulai aktivitasnya seperti biasa.
Tepat pada jam 07:30 Tiffany bersiap-siap untuk kekampus,udah nggak sabar ingin menceritakan cowok yang dikanalnya lewat dunia maya,yang membuatnya salting setengah mati saat bertemu di Air Port.
Tiffany berlari mencari-cari ke-4 sahabatnya nongkrong seperti biasa,setelah hampir mengintari setiap sudut kampus ternyata ke-4 sahabatnya sedang asyik ngeliat cowok-cowok basket lagi latihan diGOR kampus.
“Hay semua”
Sapa Tiffany dan langsung duduk disebelah kanan ke-4 temannya,
“Kamu kenapa Tif? Ngosngosan gitu”
Tanya Helen heran dengan kedatangan Tiffany yang dengan tampang semangat 45.
“Pada mau denger cerita gue nggak?”
Tanya Tiffany kepada ke-4 sahabatnya sambil mengedip-ngedipkan matanya.
“Mau cerita apa?”
Tanya Helen dan Mala kompak.
“Lo tau nggak? Gue udah ketemu ama Dhitya kemaren gue jemput dial oh diAir Port,heem.. teruuuuuus”
“Terus apa?”
Desak Putri nggak sabar mendengar cerita Tiffany.
“Terus kita kehotel”
Lanjut Tiffany dan membuat teman-temanya mikir yang nggak-nggak,
“Eiitsss jangan pade ngeres,hemm.. aku temenin dia nyari tempat nginep,setelah itu kita makan siang bareng”
Tiffany senyum kegirangan,
“Terus-terus gimana orangnya Tif?”
Tanya Kasturi sahabat Tiffany yang berdarah India-Batak.
“Orangnyaaaaaa.. baek,keren,cool,putih,tinggi,manis,yang terpenting dia cakeeeeeep banget”
Jelas Tiffany menceritakan ciri-ciri Dhitya kepada sahabat-sahabatnya dengan ekspresi wajah yang rasanya mau meleleh nggak tahan ngingetnya.
“Waaaahhh kenil dong kekita-kita”
Rengek Mala mulai keluar manjanya.
“Tenang aja pasti,tapi inget awas ya kalau kalian pada naksir”
Canda Tiffany sambil tertawa,
“Jangan salahin kita,tapi salahin nih mata,hahaha..”
Canda Putri membuat suasana semakin rame nggak jelas.
Ke-5 sahabat ini jika sudah berkumpul pada keluar lasak bercampur genit,itu lah mereka gokil abis. Mereka slalu membuat suasana yang rame semakin rame,suasana yang sedih pun akan jadi rame kalau ke-5 sahabat ini sudah berkumpul.
Putri sahabat Tiffany yang paling kocak dan lebih genit dari cowok,bisa buat cowok mati gaya kalau didekatnya.
Mala cewek berambut berombak ini sahabat Tiffani yang super bawel apa saja yang terjadi dengan sahabat-sahabatnya dia harus tahu dan nggak mau ketinggalan info sedikitpun.
Helen putriana begitu nama lengkap cewek yang seorang anak polisi ini cewek yang berposture tubuh seperti polisi ini terkenal pintar dan hobby nulis fanfic.
Kasturi setty cewek yang berdarah India-indo ini mempunyai kulit yang hitam dan lebih akrab dipanggil Danker,tapi jangan salah Kasturi mempunyai rambut yang lurus panjang dan indah.
Ke-5 sahabat ini sangat kompak dalam hal apapun,shopping slalu bareng,kesalon bareng,nongkrong bareng,dan masih banyak lagi yang mereka lakukan bersama-sama dan pastinya slalu narsis bareng.
“Aku duluan ya,”
Ujar Tiffany saat jam mata pelajaran terakhir usai.
“Mau kemana Tif?”
Tanya Putri yang duduk tepat disebelah Tiffany,
“Aku ada janji dengan Dhitya,Daaaaaahh”
Jawab Tiffany melambaikan tanganya keluar dari pintu kelasnya dan segera pergi menemui Dhitya yang sudah menunggunya disalah satu resto.
Hari ke dua Dhitya berada dikota medan,bahagia s,senang bercampur aduk menjadi satu karena telah menemukan orang yang slalu buat dia bahagia.
Siang itu Dhitya dan Tiffany menghabiskan waktu berdua,makan siang dan jalan-jalan keberbagai tempat hingga mala langkah mereka terhenti disalah satu taman kota,keduanya bermain berbgai macam mainan yang ada ditaman itu,makan ice cream dan bermain diayunan bercanda dan tertawa sepusnya.
“Udah malem,kita balik yuk?”
Ajak Dhitya sambil mengumbar senyum manisnya,Tiffany hanya mengganggukan kepalanya dan tersenyum kecil. Kedunya bangkit dari ayunan dan berjalan menuju jalan pulang.
Tiffany merebahkan tubuhnya diistana kecilnya,senyum-senyum sendiri seperti orang yang sedang jatuh cinta.
“(Hmmm.. kenapa nggak dari dulu ku ketemu dia?)”
Gumam Tiffany dalam hati sambil tersenyum membayangkan sesuatu yang ia harapkan menjadi kenyataan,Lamunan Tiffany membawanya sampai kedalam alam mimpi hingga Tiffany bangun telat karena asyik dengan mimpinya.
Seperetinya Tiffany sangat tertarik dengan kepribadian seorabg Dhitya cowok yang dikenalnya dari dunia maya,dan Dhitya pun member singnal untuk kedepannya,Dhitya sendiri juga sangat menyuakai sosok Tiffany yang rame dan super gokil.
Tiffany merasa Dhitya lah orang yang dikirim tuhan untuk menggantikan sosok alm.Randy yang sudah 3 tahun meninggalkannya. Tiffany sangat mencintai Randy dulu,hingga Tiffany sulit untuk menerima kepergiaan Randy,Randy pergi dengan cara yang tragis,kecelakaan 3 tahun lalu yang membuatnya kehilangan nyawanya,Tiffany sangat terpukul mendengar berita soal kepergian Randy,tapi semenjak ia menggenal Dhitya cowok yang lebih tua setahun darinya,membuatnya mampu melupakan Randy dan ia yakin banget Dhitya pasti orang yang tuhan kirim untuk menggantikan Randy dan menyembuhkan luka yang bertahun-tahun ia rasakan setelah kepergian Randy.
Sudah hapir seminggu Dhitya menikmati kebersamaannya dengan cewek yang slalu membuatnya tersenyum.
Dhitya berencana menggungkapkan perasaanya selama ini kepada Tiffany. Dhitya berharap banget Tiffany nggak akan nolak perasaan Dhitya.
Sore itu Dhitya nunggu Tiffany disalah satu taman kota,Dhitya duduk sesekali ia menengok kekanan dan kiri,mencari-cari dari arah mana Tiffany akan nonggol. Jantung Dhitya berdetak sangat kencang,persaan takut mulai menyelimuti tubuhnya,tidak lama kemudian ia melihat sosok wanita berjalan dari arah jam 9,melangkahkan kakinya dan tersenyum kearah Dhitya yang sedang duduk dengan memegang setangkai mawar putih yang sedang disembunyikannya dibelakang tubuhnya.
Tiffany langsung duduk disebelah kanan Dhitya dan memperlihatkan senyum manisnya Dhitya pun membalas senyum itu dengan wajah sedikit pucat.
“Peri kecil,aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
Dhitya memulai pembicaraannya.
“Silahkan”
Dan masih tetap tersenyum manis dihadapan Dhitya.
“Aku.. aku.. aku sayang sama kamu,aku mau kamu jadi pacar aku”
Akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulut Dhitya,dan membuatnya semakin pucat,detak jantungnya semakin terasa begitu kencang dan nggak beraturan.
“Hmm.. hmm.. aku mau jadi pacar kamu,tapiiii..”
Jawaban Tiffany membuat Dhitya sedikit tenang,tapi sepertinya Tiffany nggak semudah itu untuk nerima Dhitya.
“Tapi apa”
Tanya Dhitya nggak sabar.
“tapi ada syaratnya,”
“Apa?”
Tanya Dhitya lagi dengan kening berkerut.
“Syaratnya,kamu harus foto bareng banci,pake tang top dan rok,gimana?”
Jawab Tiffany dengan tersenyum kecil karena merasa geli membayangkannya.
“Haaaaaa???? Fo..to bareng Banciii????”
Tanya Dhitya sepertinya Dhitya nggak percaya dengan syarat yang menurutnya begitu aneh,Tiffany hanya mengangguk dan masih tetap tersenyum. Oiya cowok yang terlihat Cool ini didepan cewek-cewek ternyata phobia ama mahkluk yang sering disebutnya “Alien” karena Dhitya pernah punya penggalaman khusus soal banci,Dhitya sangat membenci mahkluk satu itu,Dhitya lebih milih nggak makan ketimbang harus bertemu banci apalagi kalau sampai dandan kayak banci.
“Hmm.. kenapa? Kamu nggak mau ya??”
Tanya Tiffany dengan wajah yang lesuh sengaja memasang tampang manyun agar Dhitya mau melakukannya.
“Mmm.. nggak ada syarat lain ya?”
Tanya Dhitya dengan wajah aneh dan kembali ketakutan. Tiffany hanya menggelengkan kepalanya tapi masih dengan wajah manyunnya,yang membuatnya semakin terlihat imut.
Keduanya hanya diam dengan pikiran masing-masing,Dhitya menundukkan kepalanya sambil menimbang-nimbang apa dia harus melakukan syarat itu atau tidak,sedangkan Tiffany takut kalau Dhitya tidak mau melakukannya,karena ia pun tau Dhitya phobia banget dengan banci,Tiffany berharap Dhitya mau melakukan itu sebagai tanda bahwa ia serius dengan ucapannya tadi.
Tidak lama kemudian Dhitya bangkit dari tempat duduknya dan beranjak dari taman itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Tiffany memperhatikan langkah Dhitya,terlihat dari jarak beberap meter,Dhitya memasuki sebuah toko yang menjual beberapa pakaian cewek dan pakaian cowok. Tak lama kemudin Dhitya keluar dari toko itu dan membawa sesuatu di tangannya.
“Ntar malem kamu temenin aku ya? Untuk ngelakuin syarat itu”
Ujar Dhitya yang sedang berdiri disamping Tiffany,Tiffany beranjak dari tempat duduknya dan kembali tersenyum.
“Kamu mau?”
Tanya Tiffany seneng banget,Dhitya hanya mengganguk dan membalas senyum manis Tiffany. Saking senengnya Tiffany nggak sadar meluk Dhitya dengan raut wajah yang ceria banget,Sesaat Tiffany sadar dengan tingkahnya.
“Oops.. sorry”
Ujar Tiffany malu karena Dhitya memandangnya dengan heran dan tersenyum kecil.
“(Salting)”
Ucap Tiffany kecil saat ia membalikan badannya dan memukul bagian kepalanya,karena tlah bertingkah bodoh didepan Dhitya,tapi buat Dhitya itu bukan hal yang bodoh kok,tapi itu sesuatu yang lucu dan nambah satu point lagi kenapa Dhitya mau melakukan ituhanya karena satu alas an Cinta.
JJJ
Malam itu jam sudah hampir menunjukan pukul 22:00,Dhitya udah siap-siap sesuai dandanan yang ditentukan Tiffany kepadanya. Tiffany kaget melihat Dhitya dengan dandanan yang sumpah memalukan buat seorang Dhitya,Dhitya keluar dari kamar kecil dengan menggunakan tang top pink dengan wajah yang asem banget,Tiffany menyambutnya dengan wajah yang pengen ngakak nggak tahan ngeliet tampang Dhitya yang lucu banget dengan tang top yang super pink.
“Kamu cantik banget sih?”
Goda Tiffany,
“Udah jangan ketawa”
Tegur Dhitya ngeliet Tiffany ingin meledakkan ketawanya,Tiffany hanya menganggukan kepalanya,sedikit tertawa kacil.
“iya udah ayo,kita cari banci,”
Ajak Dhitya nggak ingin lama-lama dengan pakaian yang melekat ditubuhnya.
Mereka berjalan menyeberangi jalan raya mengelilingi taman tempat biasa banci nongkrong jika malam hari,butuh waktu setengah jam untuk Dhitya ngilangin rasa takutnya,sesekali ia menahan diri untuk nggak mendekat kebanci yang berdiri ditaman itu,tapi Tiffany slalu meyakinkannya kalau Dhitya bisa untuk ngelawan rasa takutnya.
Dhitya menarik nafasnya dalam-dalam,dan berjalan dengan langkah diperkecil,sesekali ia menolehkan pandangannya kebelakang melihat kearah Tiiffany yang sedang berdiri dan memberikanya support.
Semeter lagi Dhitya tepat berada didekat banci yang sedang berdiri dipinggir jalan menunggu pelanggan,dengan mulut yang sangat berat Dhitya mulai mengajak banci itu untuk foto bareng.
“Permisi mas”
Sapa Dhitya masih dengan wajah ketakutan dan debar jantung yang semakin nggak beraturan. Banci itu melihatnya dengan wajah yang sedikit sangar.
“Mas-mas,kamu fikir aku mas siomay?!!”
Bentak Banci itu dengan kasar kepada Dhitya,
“So..sorry,maksud aku mbak”
Ujar Dhitya semakin ketakutan.
“Hmm.. bo bo boleh foto bareng nggak mbak? Please..”
Pinta Dhitya lagi,dan memalingkakan pandangannya kearah Tiffany berdiri,Tiffany hanya membalasnya dengan senyuman sebagai tanda bahwa iya mendukung Dhitya.
“Boleh-boleh”
Jawab Banci dan membuat Dhitya berfikir,
“(Gila ni banci,narsis juga)”
Gumamnya dalam hati,setelah jeprat-jepret dapat beberapa foto,Dhitya langsung masang stand untuk lari sekencengnya.
“Heeeyy tungguuuuuu”
Teriak banci itu saat sedikit kaget melihat Dhitya tiba-tiba lari dengan sangat kencang.
“Makasiiiiiiiiiihh”
Teriak Dhitya tapi masih tetap berlari kearah Tiffany yang sedang ngakak melihat tingkah Dhitya yang kali ini super duper kocak dan gila bangetlah. Dengan sangat kencang Dhitya menarik tangan Tiffany dan mengajaknya lari bersamanya mencari tempat yang sedikit sepi dan jauh dari mahkluk terkutuk itu.
Akhirnya mereka mendapatkan tempat yang pas untuk ngobrol berdua dan jauh dari banci-banci tadi.
Ngos-ngisan saat mereka duduk disalah satu bangku yang ada tak jauh dari taman.
“Hahahahahaha… sumpah ini nggak bakal aku lupain Dhit”
Ujar Tiffany dan tawanya pun meledak. Dhitya dengan cepat melepas wig-nya dan tang top yang melekat ditubuhnya,dengan nafas nggak beraturan dan udah nggak pake baju apa-apa hanya menggunakan celana jean’s warna hitam ia bersujud di hadapan Tiffany dan memegang kedua tangn Tiffany,dan menarik nafas dengan sangat pelan,sesaat kemudian satu persatu kata-kata keluar dari mulut Dhitya,dan untuk kedua kalinya Dhitya mengatakannya kepada Tiffany.
“Akuu,udah ngelakuin syarat dari kamu,dan sekarang kamu mau nggak jadi pendamping hidup aku?”
Tawa Tiffany terhenti dan membalas tatapan tajam Dhitya yang tepat didepan wajahnya.
“Aku.. aku.. aku mau jadi pendamping hidup kamu”
Jawaban Tiffany kali itu membuat wajah Dhitya yang tadinya ngos-ngosan nggak jelas sekarang berubah menjadi wajah yang penuh dengan sejuta kebahagiaan,usahanya untuk mendapatkan Tiffany terhitung nggak sia-sia. Dan tepat tanggal 30 Maret mereka jadian.
JJJ
Nggak sabar rasanya Tiffany ingin menceritakan kejadian semalem kepada ke-4 sahabatnya,Tiffany dengan langkah yang cepat banget ia berjalan menaiki beberapa anak tangga,nggak sabar rasanya ingin berbagi kebahagiaan itu dengan sahabat-sahabat tercintanya,samapinya Tiffany dikelas dia tidak melihat batang idung Kasturi,Helen,Mala bahkan Putry,mereka tidak terlihat disetiap sudut kelas. Tiffany duduk disalah satu bangku sambil menopang dagunya dengan wajah yang sedikit manyun dan binggung karena tumben banget ke-4 sahababtnya belum nonggol dikelas,padahal jam hamper nunjukin jam 08:00 pagi itu aka nada dosen yang masuk kelas mereka, hampir 15 menit Tiffany menunggu akhirnya satu persatu sahabatnya nonggol depan pintu kelas mereka dan senyum Tiffany pun mekar saat melihat ke-4 sahabatnya kahirnya memasuki ruang elas,belum sempat Tiffany menceritakan hal yang membuatnya bahagia,Dosen sudah melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas dan siap untuk memberikan beberapa bahan untuk tugas mereka.
“Fiuuuhh.. akhirnya tuh dosen keluar juga”
Gumam Tiffany danmenolehkan pandangannya kearah teman-temannya.
“Tif,lo kemana aja sibuk sendiri tiep hari”
Ujar Putry tiba-tiba.
“Santai-santai,ntar gua cerita kok,pada tarik nafas dulu”
“Apa sih,pake pemanasan sgala,”
“Hahaha.. sabar neng”
Goda Tiffany mulai keluar lasaknya.
“Intinya.. gua udah jadian sama Dhitya!!!”
Seru Tiffany dengan semangat 45 yang membuat semua orang dikelas memperhatikan mereka.
“Tiff duduk!”
Suruh Helen yang kaget liet Tiffany berdiri tiba-tiba. Tiffany kembali duduk dengan wajah malu banget,karena teman-teman sekelsnya mulai tertawa melihat tingkah Tiffany yang makin aneh.
“Jadi lo udah jadian ama Dhitya?”
Tanya Mala,Tiffany hanya mengangguk dan tersenyum.
“Tanpa lo kenalin kekita dulu?”
Tanya Kasturi dengan alis berkerut. Seketika wajah Tiffany berubah jadi manyun,sepertinya kali ini Kasturi salah nanya.
“Maaf Tif,selamat deh,”
Sambung Kasturi dan langsung memberikan selamat kepada Tiffany. Helen mala dan Putry juga ikut memberikan selamat,agar Tiffany kembali bersemangat dan nggak merasa tidak menghargai ke-4 sahabatnya.
Cinta Tiffany ke Dhitya semakin besar semenjak Dhitya mau melawan rasa takutnya dan mau ngelakuin apa yang diminta Tiffany kemarin,Tiffany semakin yakin Dhitya lah orang yang tuhan kirim untuk menemani hari-harinya seperti Randy dimasa lalu.
Dhitya pun begitu ia merasa Tiffany lah orang yang tuhan kirim untuk mengembalikan semua kebahagiaan yang telah lama nggak bisa ia rasakan. Rasa itu semakin kuat saat Tiffany mau ada dihidup Dhitya menemaninya dalam susah atau senang.
JJJ
Tepat 14 hari dan sudah tepat 1 minggu Tiffany dan Dhitya jadian,sepertinya nggak ada masalah sedikit pun,Dhitya dan Tiffany sangat bahagia dan begitu menikmati hubungan mereka dengan tawa,canda,yang hampir tiep hari mewarnai perjalanan kisah mereka.
Malming tiba,malam yang paling disenangi parah adam dan hawa yang ingin menikmati malam berdua,ketempat yang disenangi. Dan malam itu Dhitya dan Tiffany berjalan-jalan mengintari berbagai wahana mainan di Time Zone,seru banget bisa melewatkan malam minggu bareng pacar. Langkah kedua sijoli ini pun terhenti disalah satu café n resto yang berada tepat dilantai dasar Mall tersebut. Keduanya duduk dan mesan minuman dan makanan kecil,Dhitya menggenggam tangan Tiffany dan tersenyum kepadanya,Tiffany juga demikian ia membalas senyum manis Dhitya dengan pebuh kebahagiaan.
“Aku mau Tanya dong?”
Ujar Dhitya sambil mengangkat keningnya,
“Hmm Tanya apa?”
“Selama 2 minggu ku disini apa yang kamu liat tentang aku? Aku gimana gitu orang?”
“Hemm.. kamu itu orangnya baek,perhatian,lucu,tapi sedikit pendiam plus cuek banget,dan satu lagi,kamu orangnya nggak romantic ah,”
“Oya?? Nggak romantic? Hmm.. ya ya tapi ku emang gini orangnya”
“Iya jelek ku terima kamu apa adanya kok”
“Aku akan coba ubah itu semua,buat kamu peri kecil,”
Keduanya pun tersenyum dengan penuh kebahagiaan,Dhityacoba menyeimbangkan sikapnya yang pendiam dan tetutup dengan sikap Tiffany yang berbeda 180 derajat dari Dhitya,Tiffany lebih seneng dengan orang yang rame dan bisa diajak gokil-gokilan bareng. Tapi keduanya bisa saling melengkapi dan saling mengerti dengan sifat masing-masing walaupun mereka berbeda selisi umur.
Tiba-tiba disaat mereka sedang asyik ngobrol,makan dan bercanda,tiba-tiba Dhitya merasa pusing dan membuat Tiffany sedikit panik.
“Kamu kenapa?”
Tanya Tiffany panik,Dhitya hanya diem tanpa menjawab pertanyaan Tiffany,
“Kita pulang yuuk,”
Ajak Dhitya dengan suara sedikit pelan,Tiffany langsung membantu Dhitya untuk bangkit dari tempat duduknya dan masih tetap membantu Dhitya untuk berjalan keluar dari Resto tersebut.
“Kamu balik lebih dulu aja gih,nanti aku pulang sendiri”
Ujar Dhitya saat mereka sedanhg berdiri menunggu Taxi,
“Loh,tapikan kamuu”
“Nggak apa-apa,aku bisa pulang sendiri,kamu hati-hati dijalan,udah larut malem loh”
“Bener nggak apa-apa kamu ku tinggal?”
Tanya Tiffany memastikan,
“Iya periku”
Jawab Dhitya dan tersenyum agar Tiffany yakin bahwa dirinya baik-baik saja.
Akhirnya Dhitya berhasil meyakinkan Tiffany bahwa dirinya baik-baik saja,Tiffany lebih dulu pulang dan meninggalkan Dhitya seorang diri dipinggiran jalan. Sesekali Dhitya menengok kearah jam 3 meninggu taxi melintas kearah yang ingin ditujunya. Tidak begitu lama Dhitya berdiri,sebuah taxi berwarna putih disetopnya dan Dhitya langsung menaiki Taxi itu dan ternyata kenapa Dhitya menyuruh Tiffany untuk pulang lebih dulu Dhitya ingin pergi kesuatu tempat dan tempat itu adalah tempat praktik seorang dokter,Dhitya bukan selingkuh dengan seorang Dokter tapi dia ingin konsultasi dengan kondisinya sekarang dengan penyakit yang dideritanya sekarang. Sebisa mungkin Dhitya menutupi penyakit yang dideriyanya agar Tiffany tidak mengetahuinya,sudah sekian tahun Dhitya mengidap kanker darah,ia menutupinya karena ia nggak ingin Tiffany terlihat sedih apalagi kalau sampai membuat Tiffany khawatir dan merepotkan Tiffany,ia hanya inigin memberi kebahagiaan yang pantas untuk Tiffany dapat darinya, tak ingin ada air mata yang mewarnai perjalana n kisah mereka,Dhitya nggak mau kalau sampai membuat Tiffany meneteskan air mata unuk sesuatu yang tak penting menurutnya.
Malam itu Dhitya duduk disebuah kamar hotel yang sudah dibukingnnya untuk beberapa hari kedepan untuk menjadi tempat ia beristirahat. Dhitya menulikan sesuatu disebuah kertas sambil memandang foto Tiffany yang dibingkainya,Dhitya tersenyum tanpa disadari air matanya tetes demi tetes jatuh dipipinya. Dhitya sangat takut dengan perkataan dokter tadi,Dhitya takut jika nanti ia pergi siapa yang akan menggantikan dirinya dihati Tiffany,Dhitya takut banget apa yang nggak diingin jadi kenyataan,Dhitya nggak mau hanya memberikan kebahagiaan sesaat untuk orang yang dicintanya,buat Dhitya Tiffany begitu berharga untuknya,karena Tiffany lah yang buat Dhitya kembali bangkit dari semua masalah hidup yang dihadapinya semenjak ibunya kembali kesisi Allah SWT. Dhitya yakin Tiffany lah orang yang paling mampu mengerti apa yang Dhitya inginkan,Dhitya slalu berharap Tiffany lah irang terakhir yang mengisi hari-hari Dhitya,Dhitya sering menceritakan tentang Tiffany kepada Ibunya,walaupun ibunya hanya sebongkah tanah dan nggak bisa lagi untuk mengeluarkan sepatah kata pun,Dhitya yakin ibunya setuju dengan pilihannya.
Malam yang penuh dengan taburan bintang,dan membuat hati Tiffany terasa tenag karena ia yakin diantara bintang-bintang itu pasti ada salah satu bintang yang bersinar untuknya,Tiffany slalu yankin bahwa diantara bintang-binta itu ada Randy yang melihatnya dari atas sana bersinar untuknnya,untuk menemaninya dimalam yang penuh dengan kegelapan. Malam itu Dhitya mengajak Tiffany kesebuah bukit dikota itu,Dhitya mengetahiu tempat itu menjadi tempaty favorit Tiffany,Dhitya mencari-cari informasi kepada empat sahabat Tiffany,yang jelas tau banget apa pun itu tentang Tiffany. Saat Tiba dibukit itu Tiffany memandang Dhitya dengan pandangan heran,dan bertanya-tanya dalam hati,dari mana Dhitya tau ini tempat ini menjadi tempat favoritnya untuk menyendiri.
“Kok ngelietin aku kayak gitu?”
Tanya Dhitya yang juga mulai heran,
“Kamu tau dari mana tempat ini?”
“Untuk apa punya sahabat kalau mereka nggak tau tentang kamu”
“Kamu Tanya kesahabat-sahabat aku,”
“Yaa”
“Tapi kan kamu nggak kenal mereka,aku bahkan belum pernah kenalin kamu kemeraka,”
Masih dengan wajah heran,
“Facebook,ku kenal mereka disitu,”
“Ihh,dasar”
“Udah deh,yang penting kamu senangkan kesini nggak sendiri lagi,”
Tiffany tersenyum mendengar perkataan Dhitya yang membuatnya nyaman berada didekat Dhitya diatas sebuah bukit. Kemudian Dhitya menarik tangan Tiffany dan dirangkulnya dengan penuh kehangatan,Dhitya kembali menatap kedua mata Tiffany rasanya Dhitya ingin mengucapkan kata maaf dan semakin Dhitya menatap mata Tiffany semakin sulit rasanya Dhitya menahan air mata yang sejak tadi nggak sabar ingin keluar. Mata Dhitya semakin terlihat berkaca-kaca,sekuat tenaga Dhitya berusaha agar air matanya tidak jatuh walaupun setetes. Perasaan yang semakin terasa kuat dihati Dhitya membuatnya nekat untuk mendaratkan satu kecupan dikening Tiffany,hangat pelukan Dhitya membuat Tiffany semakin nggak ingin lepas dari pelukan Dhitya. Beberapa saat kemudian Handphone Dhitya berdering,Dhitya melepaskan pelukannya,dan menggambil Handphone-nya dari dalam sakunya.
(Calling Dr.Budiono)
Dhitya sedikit panic takut menganggkat telfon dari dokter yang kemarin memeriksa kondisinya,Dhitya panik karena takut Tiffany menanyakan sesuatu yang Dhitya sembunyikan darinya. Dhitya sedikit menjauh untuk menerima telfon dari dokter tersebut.
5 menit berlalu Dhitya kembali mendekatkan langkahnya kearah Tiffany yang sedang berdiri menunggunya.
“Kamu nerima telephone dari siapa?”
“bukan siapa-siapa kok”
“Bukan siapa-siapa tapi kok kayak ngumpet gitu nerima telephonenya?”
“Suer,bukan siapa-siapa,”
Tiffany nggak mengeluarkan satu kalimat pun,mulai telihat diraut wajah Tiffany tampang-tampang bad mood.
“Jangan manyun gitu ah,liet deh tuh bintangnya bagus banget,”
Rayu Dhitya berusaha membuat Tiffany nggak terlihat BT. Akhirnya Dhitya berhasil sedikit membuat Tiffany tersenym kecil.
Dhitya memeluk Tiffany dari belakang,hembusan nafas Dhitya dapat Tiffany rasakan berhembus dengan lembut ditelinga Tiffany,begitu nyaman rasanya buat Tiffany berada dipelukan Dhitya,ingin rasanya semua itu selalu dapat ia rasakan.
“Sepertinya aku belum pernah beliin kamu sesuatu”
Ujar Dhitya sedikit serius,tampang Dhitya emang bukan tampang orang yang suka bercanda,kepribadiannya memang sejak dulu terlihat begitu serius karena tatapan matanya yang sedikit tajam. Tiffany tidak membalas apa-apa karena takut salah ngomong,Tiffany hanya diam sambil berfikir apa yang harus ia lakukan,tapi sebelum Tiffany dapat sesuatu yang harus ia lakukan,Dhitya menarik tangan Tiffany dan membawanya berjalan seperti ingin mencari sesuatu,tapi ternyata tidak. Dhitya membawa Tiffany kesuatu tempat yang Tiffany sendiri pun baru kali itu pergi ketempta yang lumayan sedikit seram karena berda diketinggian,tapi ia tidak begitutakut karema ia selalu merasa nyaman kalau berada disamping Dhitya,ia yakin Dhitya pasti melindunginya. Keduanya hanya tediam dan memandang kelangit yang sebentar lagi akan gelap[,satu demi satu cahaya bintang bersinar disana,dan akhirnya gelap ya gelap. Kegelapan sangat membuat Tiffany ketakutan,nafasnya terasa sesak saat itu berada dikegelapan tapi kali ini Tiffany masih bisa mengatur nafasnya karena ia yakin “Aku punya Dhitya”.
Dhitya mengeluarkan sebuah korek api dari dalam saku celananya,ia menyalakannya dan berjalan kesatu arah,dimana tempat itu ada sebuah dinding berukuran besar dan sebagian tertutup oleh tirai,itu tidak menyita pandangan Tiffany,dan nggak berfikir kalau ada sesuatu dibalik tirai itu. Dhitya membukanya dan menyalakan beberapa lilin yang sudah disediakannya,sepertinya ini surprise untuk peri kecilnya. Di dinding itu tertulis “MY LITTLE FAIRY IS TIFFANY” Jika diperehatikan tulisan itu merupakan kumpulan dari beberapa bintang yang memang tersedia dibeberapa toko bahkan mall yang menjual hiasan kamar,tapi kali ini Dhitya membuat itu disebuah gedung tua yang sepertinya itu sisa sebuah gedung yang tebakar beberapa tahun lalu,entah bagaimana Dhitya bisa menemukan gedung itu dan membawa Tiffany kesana. Tulisan itu membuat Tiffany kaget,kerlap kerlip bintang itu sangat indah,Dhitya bernafas legah dan memberikan isyarat dengan kedua tangannya memanggil Tiffany agar mendekat kepadanya. Tiffany berjalan mendekat kearah Dhitya tapi pandangganya masih tertuju pada dinding yang penuh dengan cahaya bintang. Rasa haru kini menyelimuti perasaannya,rasanya Tiffany ingin menangis karena baru kali ini ada seorang cowok yang melakukan hal seperti itu kepadanya. Dhitya yang terlihat dingin dan pendiam ternyata bisa melakukan sesuatu untuk mebuat Tiffany nggak akan bisa tidur semaleman.
“Kamu seneng?”
Tanya Dhitya sambil tersenyum kecil,tiffany hanya mengganggukan kepalanya,entah apa yang harus ia katakan dan bingung banget harus ngomong seperti apa kepada Dhitya,dan ini sangat menakjubkan untuknya.
Dhitya berjalan melangkahkan kakinya sedikit bergerak kearah kirinya,menempatkan tubuhnya tepat dibelakang Tiffany. Dhitya memegang tangan kanan Tiffany,perlahan Dhitya mengangkat setinggi bahu tangan kanan Tiffany,dan memegang jari telunjuk Tiffany mengarahkannya kedepan dan seakan akan membuat tulisan yang abstak diatas udara,Dhitya mengarahkan jari Tiffany untuk membuat sebuah garis panjang dengan sebuah titik diatasnya “I” dan kemudian Dhitya seakan menggambarkan sebuah “ “ dan membentuk sebuah huruf melengkung dan itu adalah “u”. jika digabungkan itu menjadi sebuah kalimat sederhana yaitu “I LOVE YOU”. Lagi-lagi Tiffany tersenyum ,tidak dapat membayangkan apa yang baru saja Dhitya lakukan kepadanya sesuatu yang aneh tapi unik. Tiffany senang dengan keadaan seperti ini. Dhitya slalu tahu apa saja yang bisa buat peri kecilnya tersenyum saat berada didekatnya.
“Ini lebih dari barang apa pun yang pernah aku miliki,Indah”
Akhirnya Tiffany mengeluarkan beberapa kalimat yang membuat Dhitya tersenyum,karena usahanya mampu membuat Tiffany semakin bahagia.
Tepat jam 04:30 Am,dikamar Hotel yang berada dilantai 7,seorang laki-laki sedang duduk memandang keluar jendela,sambil menundukan kepalanya,sesekali ia memejamkan matanya dan sesekali dibukanya lagi,dan orang itu,Dhitya. Ya Dhitya. Dhitya memegang sebingkai foto,yang terdapat sebuah gambar seperti sebuah grhapic yang sedikit sempurna hanya seperti coretan tangan,seperti seseorang yang hanya iseng menggambarnya,tapi foto itu berarti buat Dhitya,karena Tiffany yang memberikan itu kepadanya,terlihat gambar tersebut seperti sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang berciuman,gambar laki-laki itu adalah Dhitya dan perempuannya nggak lain adalah Tiffany sendiri.
Dhitya dengan kuat menggenggam bingkai foto berwarna merah tua itu,Dhitya memandanginya dengan sangat lama,berusaha agar air matanya tidak jatuh,tapi tetap Dhitya nggak sanggup untuk menahanya,dan pada akhirnya tetes demi tetes air matanya jatuh tepat di kedua pipinya. Dhitya berusaha untuk mengatakan sesuatu tapi ia mengatakan itu kepada dirinya sendiri. Berusaha berusaha berusaha dan berusaha,tapi tetap saja Dhitya nggak sanggup,kemudian ia menatap dengan lirih foto yang ada dihadapanya,Dhitya tersenyum dan melap beberapa Tetes air matanya yang tak sengaja jatuh membasahi beberapa titik foto itu. Dhitya memutuskan dihari ke 20 iya menjalani hubungan dengan Tiffany,ia mencoba untuk meyakinkan dirinya agar bicara yang sejujurnya kepada Tiffany,walau Dhitya tau ini akan buat Tiffany sakit,tapi Dhitya nggak mau terlalu lama menyembunyikan soal kanker darahnya,lambat laun Tiffany pasti akan tau juga walau ia berusaha untuk menutupinya.
Dhitya slalu berusaha untuk membuat Tiffany tersenyum dan bahagia,tapi kali ini Dhitya harus rela membuat Tiffany sedih,sebenarna bukan itu yang Dhitya inginkan tapi mau tidak mau Dhitya harus melakukannya. Tiffany harus tau semuanya,itu tekat Dhitya hari ini dan saat bertemu Tiffany,Dhitya harus terima kenyataan entah Tiffany akan meninggalkannya atau tidak.
Pagi itu Dhitya menyuruh Tiffany agar datang mengunjunginya dihotel,karena Dhitya lagi nggak enak badan nggak bisa berdiri,tubuhnya lemah,dan mata tajamnya mulai terlihat lemah,wajahnya pucat,tubuhnya dingin,dan bibirnya pun sangat terlihat pucat. Pagi itu Tiffany datang dengan membawakan sarapan,bubur kacang ijo kesukaan Dhitya dan beberapa kemasan susu dalam sebuah kantong kresek berwarna putih. Tiffany tidak membawa obat karena takut Dhitya salah mengkonsumsi obat karena Tiffany belum tau Dhitya sebenarnya sakit apa,tapi dari tadi Tiffany hanya terpikirkan dengan demam yang biasanya diderita orang-orang pada umumnya kalau kecapean.
Tiffany memasuki kamar yang berada dilantai 7 tidak jauh dari sebuah Lift,Tiffany masuk tanpa mengetuk lebih dulu,ia melihat seorang laki-laki terbaring lemah tapi tetap berusaha tersenyum menyambut kedatangannya. Tiffany pun membalas senyum tanpa gairah itu. Dhitya memberi isyarat dengan tangan kananya,menyuruh Tiffany agar mendekat dan duduk disebelahnya. Dhitya berusaha untuk duduk tapi Tiffany menyuruhnya untuk tetap berbaring dengan posisi awalnya,Dhitya hanya menurut saja dan menghela nafas pendek. Tiffany mencoba membuka satu persatu bawaannya. Tiffany menancapkan pipet minuman kesalah satu minuman yang dibawanya,dan menyororkannya kemulut Dhitya,dengan pelan Tiffany memasukannya kemulut Dhitya,teguk demi teguk susu itu masuk ketenggorokan Dhitya,hingga entah masuk kebagian tubuh mana lagi. Tiffany meletakan susu tersebut dan mengambil semangkuk bubur kacang ijo disebuah meja kecil yang tepat berada disebelah tempat tidur Dhitya. Belum sesendok pun bubur itu masuk kedalam mulut Dhitya,Dhitya langsung memegang tanga Tiffany dengan lembut Dhitya menaruh kembali mangkuk yang sedang dipegang Tiffany.
Dengan tatapan lirih Dhitya memberanikan diri untuk menatap kedua mata Tiffany,Tiffany memandang Dhitya dengan tatapan heran dan kening mengerut,dalam pikirannya apa lagi yang Dhitya akan lakukan dengan keadaan seperti itu,apa Dhitya akan melakukan sesuatu yang lebih mengejutkan dari malam itu? Tiffany nggak henti bertanya-tanya dengan sejuta pertanyaan dikepalanya,ternyata Tiffany salah,Dhitya tidak melakukaan apa-apa tapi mungkin yang akan Dhitya katakana yang akan membuat Tiffany lebih terkejut dari surprise digedung tua itu.
“Peri,aku ingin mengakui sesuatu”
Gumam Dhitya masih dengan tatapan yang sangat lirih,tatapan mata yang biasanya tajam dan begitu sedikit mengerikan kali ini tatapan itu melemah. Seperti bukan Dhitya yang dulu Tiffany kenal.
“Aku mengidap kanker otak stadium akhir,”
Sedikit lega yang dirasakan Dhitya,karena sudah jujur,Dhitya merasa takut ia menundukan kepalanya dan tangannya perlahan dilepaskannya dari tangan Tiffany.
Tiffany tidak merespon apa pun tapi terlihat diraut wajahnya,wajah yang mulai lesu dan hilang semangat.
“Peri”
Panggil Dhitya pelan,berusaha untuk mengangkat wajahnya yang tadinya tertunduk karena takut dengan pengakuan yang baru saja dilakukannya. Dhitya kembali menatap wajah Tiffany dengan hati-hati Dhitya mendekatkan kepalanya memperhatikan inci demi inci raut wajah Tiffany. Dipipi Tiffany sudah menetes air mata,Dhitya mengangkat tangan kanannya dan menghapus air mata yang mengalir dipipi Tiffany.
“Maaf”
Satu kata lagi keluar dari mulut Dhitya,tapi Tiffany tetap tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tiffany hanya diam tanpa mengucapkan apa-apa. Dhitya pun terdiam bingung mau ngomong apa dengan suasana yang sangat tidak mendukung. Dhitya pasrah jika Tiffany akan meninggalkannya.
Cukup lama mereka terdim dengan fikiran masing-masing. Akhirnya Tiffany mengangkat kepalanya,dan melap sendiri air mata dipipinya,dan Tiffany coba untuk tetap tersenyum,Dhitya yang melihat senyum itu pun ikut tersenyum,Dhitya berharap itu jawaban bahwa Tiffany tidak akan meninggalkannya.
Tiffany kembali mengambil mangkuk yang berisi bubur dan menyuapinya keDhitya,Dhitya cukup legah,tapi sedikit bertanya-tanya kenapa Tiffany seperti tidak ingin tau soal penyakitnya,kenapa Tiffany nggak Tanya kenapa Dhitya bisa terkena kanker otak,sama sekali Tiffany tidak menanyakan apa-apa. Dhitya coba untuk membaca situasi sekarang,Dhitya tidak lagi mengatakan apa-apa kepada Tiffany,dengan santai Dhitya tetap melahap bubur kacang ijo yang dibawakan Tiffany untuknya.
Siang itu dikelas Tiffany terlihat lemas,beberapa kali sahabat-sahabatnya menanyakan keadaannya,Tiffany hanya menggelengkan kepalanya,sebagai isyarat bahwa dirinya tidak apa-apa,tapi tetap saja keempat sahabatnya khawatir dengan Tiffany. Karena nggak seperti biasanya Tiffany terlihat cemberut. Beberapa kali Puti meraba suhu tubuh Tiffany,tapi sepertunya Tiffany tidak sakit,dan merekan coba menarik kesimpulan kalau ini ada hubungannya dengan Dhitya. Putri,Helen,Mala dan Kasturi membicarakan soal Tiffany,mencari-cari penyebab kenapa Tiffany diem hari ini,mereka coba menghubungi Dhitya via situs pertemanan yang ada diinternet,karena tak satu pun dari mereka memiliki nomor ponsel Dhitya. Mereka memutuskan untuk menghubungi menanyakan apa yang terjadi diantara mereka. Sejam dua jam dan akhirnya lima jam,belum ada juga balasan apa-apa dari Dhitya. Sabar sabar dan sabar,beberapa kali Putri mencoba untuk Online memastikan kalau Dhitya sudah membalas inbox darinya. Sampai malam pun tiba,Putri coba lagi untuk Online,dan kali ini tidak sia-sia,Dhitya membalas inbox itu dengan singkat.
“(kami baik-baik aja,)”
Putri membacanya dengan kening berkerut,sedikit kesal,karena Putri sudah panjang lebar mengirim inbox malah balesnya hanya kayak gitu. Putri langsung Offline lagi dan menutup laptopnya. Denagn cepat ia menghubungi Kasturi,memberitahukan soal balasan inbox dari Dhitya. Tapi Kasturi tidak menjawab panggilan Putri,dan nggak lain pasti dia sudah berada dialam mimpi,kebiasaan.
Weekand..
Pagi itu Putri mencoba menghubungi Kasturi,coba untuk memberitahu lagi,tapi Kasturi tetap belum menjawab telephone-nya,Putri memutuskan untuk menghubungi Helen,mungkin saja Helen akan menjawab Telephone-nya.
Tuuut.. tuuut..
“Hallo”
Sapa Helen saat mengangkat handphonenya. Tanpa basa basi Putri langsung membuat janji untuk bertemu dan membicarakan masalah Tiffany. Saat mereka bertemu. Mereka tidak mendapatkan cara untuk membujuk Tiffany agar menceritakan masalahnya,dan jalan satu-satunya adalah diam. Ya diam menunggu sampai Tiffany yang akan menceritakan masalahnya. Ternyata wajah cemberut itu nggak bertahan lama,dua hari keempat sahabat itu nggak bertemu dengan Tiffany,dan ternyata wajah kusam itu sudah berubah menjadi cerah seperti biasanya. Mungkin Tiffany sudah menyelesaikan masalahnya,pikir keempat sahabatnya,dn nggak perlu lagi untuk bertanya kejadian apa yang menimpa Tiffany beberapa hari yang lalu. Tapi tiba-tiba saat pulang kuliah,Tiffany mengajak Puti untuk makan siang disalah satu Resto yang berada didepan kampus mereka,tapi Tiffany nggak mengajak Helen,Mala,ataupun Kasturi. Sepertinya mereka akan membicarakan sesuatu yang begitu penting,tapi siang itu ternyata nggak hanya mereka berdua saja,diresto itu sudah menunggu seorang laki-laki yang belum dikenal Putri,dan ternyata cowok itu adalah Dhitya yang nggak lain adalah pacar Tiffany. Dari arah barat Dhitya melihat Tiffany memasuki Resto tersebut,dengan cepat Dhitya coba untuk melambaikan tangannya dan mengumbarkan senyum dibibbir tipisnya. Tiffany membalas lambaian itu dan tersenyum kecil kearah Dhitya. Putrid hanya mengikuti langkah Tiffany Karen tidak tau menau kenapa Tiffany membawanya untuk bertemu seorang cowok yang belum dikenalnya. Saat sampai dimeja nomor 5 Dhitya mempersilahkan mereka untuk duduk dan tidak lupa juga Tiffany memperkenalkan Dhitya kepada sahabatnya Putri.
Putry anak seorang dokter,dan Tiffany ingin memperkenalkan Dhitya kepada Putry dengan tujuan ayah Putry yang seorang dokter bisa membantu Dhitya. Dhitya hanya tersenyum saat mendengar cerita Tiffany yang ingin membantu Dhitya sembuh dari penyakit yang dideritanya selama bertahun tahun.
Dhitya mengelus-ngelus kepala Tiffany sambil tersenyum dan berkata,
“Aku hargain usaha kamu,kali ini peri makin bisa ya buat orang ketawa plus terharu”
Ujar Dhitya masih tersenyum kecil,Tiffany melihatnya dengan tampang bingung,dan nggak ngerti dengan maksud Dhitya,
“Udah ya peri kecil ku,ini itu emang udah jalannya,dan aku nggak mungkin sembuh,”
“Kok gitu ngomongnya? Yang penting kan kita usaha dulu,sembuhnya entar,setiap usahakan pasti ada hasil,”
“Iya aku tau itu,tapi percuma semua dokter pasti akan jawab hal yang sama peri kecil ku,”
“kamu nggak mau bareng aku trus?”
Tanya Tiffany dengan mata yang mulai berkaca-kaca,tapi Dhitya hanya tersenyum dan masih tetap mngelus-ngelus kepala Tiffany dengan lembut,
“Aku nggak akan ninggalin peri kecil sendirian,kita akan sama-sama terus,”
“Kenapa kamu bisa yakn gitu?”
“Karena masih ada tuhan,”
Jelas Dhitya dan menatap Tiffany dengan penuh rasa optimis dimatanya,berusaha meyakinkan Tiffany. Tapi tetap saja respon Tiffany masih dengan wajah yang lemas,karena ia tau Dhitya hanya berusaha untuk menghiburnya.
“Putri,kamu jadi saksi ya dengan omongan aku tadi,kalau aku nggak aka ninggalin Tiffany sedirian,aku janji”
Putri hanya menganguk nggak tau mau ngomong apa dengan situasi seperti itu.
Tiffany hanya takut kehilangan Dhitya, itu yang membuat Tiffany ingin Dhitya sembuh dan bisa sama-sama terus,tapi itu sepertinya sulit,Tiffany hanya bisa berharap Dhitya bisa pegang omongannya barusan. Tiffany mencoba menarik nafas dan berfikir positif,dan yakin bahwa Dhitya tidak akan meninggalkannya.
Pagi pukul 10:00 AM
Dhitya mempersiapkan dirinya untuk pergi bersama Tiffany. Hari ini Dhitya sudah berjanji akan mengajak Tiffany jalan-jalan.
Ini hari ke 29 mereka menjalin hubungan, Dhitya terlihat begitu bersemangat dihari ini. Dhitya bercermin dan tersenyum melihat bayangannya dicermin,sesekali ia merapikan pakaiannya dan rambutnya,dan sesekali ia menghela nafas panjang,entah apa yang ada dalam pikiran Dhitya.
Dhitya melangkahkan kakinya keluar dari penginapan tepat ia menginap selama berada dikota Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar